Jumat, 30 November 2012

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN CHINA MENGHADAPI GLOBALISASI NEOLIBERALISME


PENDAHULUAN
Sejak kebijakan pembaruan digulirkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978 yang dikenal dengan a market socialism, proses pembangunan di China berjalan sangat pesat dan fenomenal. Salah satu penggerak utama kekuatan ekonomi dan perdagangan China adalah investasi. Keterbukaan kepada investasi luar negeri ini juga membuat ekonomi China secara fundamental berbeda dengan ekonomi Jepang dan Korea Selatan selama masa tinggal landas mereka. Negara ini mampu dan berhasil menangkap peluang globalisasi dan liberalisasi ekonomi sehingga Negara ini menjadi sebuah kekuatan besar dalam ekonomi dan perdagangan di dunia.
Kunci keberhasilan lain yaitu terletak pada peran Negara yang kuat, dengan didukung oleh entrepreneurial bureaucracy lewat penataan kembali posisi (repotitioning) birokrasi, mampu melakukan intervensi dalam menjaga kebebasan pasar dan tingkat integrasi ekonomi nasional dan ekonomi internasional bersifat relative, disesuaikan dengan kondisi perkembangan pembangunan China. Dalam hal ini China memainkan peran apa yang disebut sebagai capitalist developmental state.
Kerangka Konseptual
Dalam pengertian yang luas globalisasi diartikan sebagai suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu sama lain atau saling berhubungan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi, maupun lingkungan.
Setidaknya ada tiga elemen utama yang emmberikan kontribusi penting bagi berjalannya prosess globalisasi. Pertaman, revolusi di bidang teknologi komunikasi. Kedua, semakin rendahnya biaya transportasi. Ketiga, kemunculan kembali kelompok Kanan Baru (the New Right) di Inggris dan Amerika Serikat pada decade 1970-an. Inilah yang diidentifikasi sebagai cirri utama dari globalisasi, yakni integrasi, interdependensi, dan interlink.

Kemenangan The New Right
Fenomena globalisasi yang sekarang ini banyak menarik perhatian tidak hanya ditopang katiga hal tersebut di atas saja, tetapi juga didukung oleh ideology yang menjadi semacam the driving force dari proses tersebut, yang dalam hal ini adalah neoliberalisme.
Pada dasarnya, tatanan ekonomi internasional pasca Perang Dunia Kedua muncul sebagai produk dari persaingan antara dua orientasi kebijakan yang bertentangan, yakni antara kelompok yang berorientasi internasionalisme liberal yang menghendai sebuah perekonoman dunia yang terbuka (David Ricardo dan Adam Smith) dengan kelompok kapitalisme nasional (Keynesian) yang menuntut lebih banyak peran aktif Negara dalam mencapai tujuan-tujuan social.
Dalam usaha memenangkan pertarungan ideology, Kelompak Kanan Baru menyerang fundasi kebijakan Keynesian dengan mengambil krisis ekonomi akibat inflasi yang tidak dapat diatasi oleh Keynesian.
Milton Friedman yang berasal dari golongan menoteris, menyimpulkan kritik Kelompok Kanan Baru terhadap Keynesian menjadi tiga pokok pikiran. Pertama pada intervensi Negara. Bagi kalangan yang bersandar pada tradisi Keynesian, kapitalisme mempunyai cacat bawaan, yakni kurangnya permintaan (demand). Oleh karena itu, agar kapitalisme dapat berkembang, pemerintah harus aktif dalam meningkatkan demand yakni dengan cara belanja public. Akibat terlalu banyaknya campur tangan Negara, dunia terjebak dalam krisis berkepanjangan pada era 70-an.
Kedua, the New Right menggugat program-rogram kesejahteraan dan welfare state yang ditawarkan oleh kebijakan Keynesian. Mereka cenderung melihat Negara kesejahteraan sebagai bentuk-bentuk ketidakadilan.
Ketiga, the Newe Right menekankan arti penting pasar bagi penciptaan kesejahteraan umat manusia. Bahkan di antara mereka ada yang mempunyai pandnagan bahwa hanya dengan pasar bebaslaj kesejahteraan dan perdamaian dapat terwujud.
Sebagaimana keyakinan kaum neoliberal atau Kanan Baru lainnya menolak Negara kesejahteraan dan belanja public, maka kebijakan yang diambil oleh kedua pemimpin ini konsisten dengan keyakinan tersebut, yakni memangkas belanja public dan menurunkan laju inflasi. Kebijakan ini menjadi iri khas dari para penganut ideology Kanan Baru.

Peran Negara Bangsa
Menurut David Held, ada tiga aliran pemikiran dalam mengkaji globalisasi, yakni aliran globalis, skeptic, dan tranformasionalis.
Bagi kaum hiperglobalis, globalisasi didefinisikan sebagai sejarah baru kehidupan manusia dimana “Negara tradisional” telah menjadi tidak relevan lagi. Globalisasi ekonomi membawa serta gejala “denasionalisasi” ekonomi melalui pembentukan jaringan-jaringan produksi transnasional (transnational network of production), perdagangan dan keuangan.
Kelompok Kedua (Hirst dan Thompson) menagnggap bahwa tesis kaum hiperglobalis secara fundamental cacat dan secara politik adalah naïf karena menganggap lemah kekuatan pemerintahan nasional dalam mengatur kegiatan ekonomi internasional
Diantara kedua kutub tersebut terdapat kelompok transformasionalis (Robert Gilpin). Dalam konteks Negara bangsa, inti pandangan kelompok ini adalah bahwa globalisais yang tengah berlangsung saat ini menyusun kembali kekuasaan, fungsi dan otoritas pemerintahan nasional. Pemerintah nasional diperlukan namun hadir dalam bentuk yang berbeda.

Reposisi Birokrasi
Dengan adanya kebebasan dan gerak barang dan uang yang melintasi batas-batas Negara, maka yang terjadi adalah semakin berkurangnya kemandirian dan kemmapuan pemerintahan Negara-negara dalam pengambilan keputusan dan kebijakan moneter mereka. Bahaya yang ditimbulkan oleh the blind forces of market pada akhirnya menimbulkan krisis keuangan regional asia Tenggara pada 1997. Dengan demikian, perlu adanya pengkajian kembali kebaikan dan keburukan system ekonomi pasar bebas.
Dalam konteks repotitioning birokrasi, peran Negara diperlukan untuk melakukan intervensi secara selektif guna menjamin pasar agar berfungsi dengan baik, efisien,dan efektif. Intervensi Negara adalah krusial untuk mengatasi krisis moneter dan krisis ekonomi. Dengan demikian, peran Negara dikatakan sebagai “a capitalist developmental state”, yaitu menjaga agar kebebasan pasar dan tingkat integrasi ekonomi nasional dan ekonomi internasional bersifat relative, disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tempat tertentu.
Sebagai suatu paradigm baru, yang menempatkan paradigm a market driven development dan a state-led development dalam posisi saling melengkapi, paradigm a capitalist developmental state membutuhkan an entrepreneurial bureaucracy.
Terdapat dua proses untuk membuat Negara lebih efektif. Negara harus memfokuskan kapabilitas apa yang dimiliki dan kedua meningkatkan kapabilitas Negara dengan menyegarkan kembali atai reinvigorating lembaga-lembaga public. Dengan demikian, lembaga-lembaga Negara harus mempunyai daya saing yang lebih besar untuk mengkatkan efisiensinya. Ini memberikan makna meningkatkan kinerja lembaga Negara, memperbaiki upah dan insentif.

Kebijakan Pembangunan China
Keberhasilan kebijakan pembangunan China harus dilihat dalam kerangka kombinasi peran Negara dan pasar yang saling melengkapi guna mendapatkan kinerja dan efisiensi ekonomi tinggi. Keberhasilan kebijakan pembangunan China terwujud karena Negara mampu secara konsisten memberikan panduan selama proses reformasi dan sekaligus melakukan control atas mayoritas insustri dan membongkar hambatan-hamabatan keuangan sector-sektor public yang tidak efisien secara bertahap.

Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi
Sejak China melakukan reformasi kurang lebih tiga decade lalu, Negara itu tlah tumbuh dengan cepat. Angka-angka yang beredar cukup beragam, dan banyak diantaranya meragukan. Ini karena kebiasaan birokrasi china yang senantiasa berusaha agar performance ekonomi tampak baik sehingga angka-angka yang ada bisa jadi meragukan. Namun, menariknya angka-angka resmi yang di-release oleh pemerintah justru diragukan karena terlalu rendah dibandingkan dengan angka seharusnya.
Beberapa sumber mengatakan bahwa pertumbuhan sekonomi China berkisar di antara 10 persen per tahun, ada pula yang mengatakan sekitar 9 persen per tahun. Ketika Negara-negara Asia Timur mengalami krisis ekonomi dan moneter yang dahsyat China tetap tumbuh dengan meyakinkan. Demikian juga ketika Negara dengan sumber ekonomi terbesar, seperti AS, mengalami kebangkrutan ekonomi China juga tetap mengalami pertumbuhan yang meyakinkan meskipun sempat mengalami penurunan. Namun, China mampu melakukan recovery dengan cepat. Pada tahun 2009, pertumbuhan tersebut terus berlanjut sebagaimana diprediksikan oleh ekonomi Martin Wolf.
PDB China juga tumbuh dengan taja, dan menariknya pertumbuhan ekonomi tersebut terus berlangsung di tengah kelesuan ekonomi global yang belum pulih pasca krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada Penghujung tahun 2007. PDB China pada kuartal IV 2009, tumbuh sebesar 10,7 persen. Pertumbuhan ini merupakan yang tercepat dalam dua tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat tersebut telah mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup luas dan mengangkat tidak kurang dari 400 juta penduduk china dari kemiskinan. Efek selanjutnya adalah menciptakan pangsa pasar yang cukup besar. Dengan penduduk tidak kurang dari 1 miliar (perkiraan resmi 1,3 miliar), 30 persen saja orang kaya China akan melampaui Jepang dan Negara-negara Asia lainnya.
Saat ini, China menjadi customer telepon tanpa kabel terbesar di dunia dengan 350 juta customer telepon selular. China juga menjadi konsumen mobil terbesar di dunia dan melaju menjadi pasar terbesar PC, layanan Telkom broadband, televise dan banyak barang lainnya.
Menurut laporan Goldman Sachs Economic Research, kebangkitan ekonomi china mempunyai dampak yang jauh lebih besar terhadap perekonomian dunia dari pada industrialisasi Jepang Pasca-Perang dunia II atau kebangkitan Macan Asia setelah decade 1960-an.
Daya tarik investasi dan pasar-pasar di China telah mendorong perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia berbondong-bondong menanamkan investasinya di Negara tersebut. China juga menjadi sumber-sumber peasok besar bagi perusahaan-perusahaan besar semacam Wall-Mart.

Kunci Keberhasilan Ekonomi China
Keberhasilan kebijakan pengembangan China jelas bisa dijdikan pelajaran berharga bagi bangsa-bangsa lain di dunia, terutama bagi Negara-negara Dunia Ketiga, seperti Indonesia yang tidak hanya gagal dalam melakukan pengembangan ekonomi, tetapi juga bangkrut. Bangkrut karena utang terus-menrus membengkang sementara sumber daya alam terus-menerus dieksploitas tanpa memberikan peningkatan kesejahteraan yang signifikan bagi masyarakat.
Kebijakan ekonomi adalah fragmatis yang didasarkan atas evaluasi pengalaman dalam implementasi berbagai eksperimen program pembangunan yang mereka sebut “ mencari kebenaran dari kenyataan konkret” seperti “system tanggung jawab rumah tangga”.
China menerima investasi asing dalam jumlah amat besar, jauh melebihi investasi asing ke Negara-negara kawasan Asia-Pasifik lainnya (di luar Jepang).

a.      Stabilitas Politik
Stabilitas politik merupakan salah satu factor penting keberhasilan pembangunan ekonomi. Setidaknya, inilah yang dikemukakan oleh banyak ahli dalam menganalisis akar penyebab keberhasilan pembangunan China. Pilihan-pilihan reformasi China adalah bidang ekonomi dan social, tetapi tidak dalam bidang politik.

b.Rendahnya Upah Buruh
Upah buruh di China sangatlah rendah rata-rata upah buruh di China 30 atau 40 tahun upah di Inggris.  Di  China demonstrasi dan pemogokan buruh dibatasi sehingga kenyamanan berusaha dirasakan benar oleh Perusahaan Multinasional.
Kondisi tersebut berbeda terbalik dengan di Indonesia, buruh di Indonesia sudah tidak murah lagi, demonstrasi dan pemogokan kerja  sering  terjadi  sehingga  perusahaan pun  kurang mendapat kenyamanan dalam berusaha.

c. Kebijakan Pendidikan
Dalam mengeluarkan kebijakan pendidikan China sangat  terbuka banyak mahasiswa yang di kirimkan ke luar negeri  seperti Amerika baik dalam ilmu Pengetahuan, Teknologi, Bisnis dan Menejemen, sehingga banyak insinyur-insinyur  terampil, sekolah-sekolah bisnis dan administrasi banyak  didirikan untuk memenuhi permintaan pasar kerja. Hal yang menggagu pertumbuhan sekolah-sekolah tinggi di China adalah kurangnya minat mahasiswa pada bidang-bidang ilmu social, sehingga banyak serjana  lulusan China tidak mampu mencari terobosan pemikiran diluar mainstream serta hal yang mengganggu berikutnya mahasiswa yang sudah selesai tamat  di luar negeri  enggan pulang kenegaranya (China ).

d. Semangat Wirausaha
Sebelum China mengadopsi system kapitalisme banyak petani melakukan pelanggaran secara sembunyi-sembunyi  untuk mendapat keuntungan,  pedagang  pun  kerap melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum untuk  inovasi dan memperluas jaringan pemasaran, melihat dampak positif tersebut pemerintah China membiarkan hal tersebut, sehingga transpormasi  ekonomi  China tidak dapat dilepaskan dari semangat  wirausaha meski pun pernah coba di hancurkan oleh Mao.
Semangat wirausaha membuat perusahaan-perusahaan di China lebih inovatif, lebih bagus, dan harga nya lebih murah.

e. Kebijakan Pembangunan Infrastuktur
Di China Infrastuktur jalan bisa dibuat atas permintaan perusahaan guna mempermudah akses perusahaan dalam melakukan investasi, pemerintah China memprioritaskan transortasi di setiap rencana  pembangunan lima tahunnya. Pada tahun 1985, China telah mempunyai kurang lebih 523 galangan kapal, 160 pabrik khusus, 540.000 karyawan dan 80 institut riset ilmiah, begitu juga dengan pembangunan bandara pemerintah  China telah menginvestasikan ± 500 juta yuan untuk memperpanjang landasan pacu serta membangun terminal dan fasilitas bandara lainnya, system transportasi  yang efektif di  China merupakan elan vital bagi pembanguna ekonomi di negaranya.                                   
                  
f. Deng  Xiaoping  tokoh kunci
Tokoh kunci  keberhasilan pembangunan ekonomi China adalah Deng Xiaoping, setelah Deng Xiaoping  masuk partai komunis  ia melakukan serangkaian reformasi  yang ditujukan untuk menyelesaikan situasi ekonomi China selama  Mao berkuasa, Deng  melakukan  modernisasi pembangunan inperatif sosialisme tidak lagi diperjuangkan kelas melaikan dengan melakukan  modernisasi masyarakat sosialis dengan cara merangkul kelompok-kelompok yang berbeda, Deng mengambil empat modernisasi yaitu modernisasi dibidang ilmu pengetahuan, teknisi, industri dan pertahanan dan keamanan Deng melakukan modofikasi dalam berbagi kebijakan Mao, Deng dan pengikutnya menyadari dibutuhkan pendekatan baru agar mendorong orang-orang untuk bekerjasama demi masa depan yang lebih baik.

KESIMPULAN:
China telah memberikan pelajaran yang sangat  berharga mengenai  bagaimana seharusnya Negara mampu bertindak  dan berperan dalam ekonomi politik global sekarang ini. Bangsa China selalu khawatir bahkan takut akan serbuan-serbuan produk China yang murah, tetapi kualitas cukup baik. Disini Negara mampu menainkankan perusahaan yang efektif  dalam  menjaga integrasi pasar untuk  selalu dalam skala relatif yang disesuaikan dengan kondisi dan tidak menyerahkan sepenuhnya kepada totalitas pasar.
Di lihat dari sudut  globalisasi (neoliberalisme), bangsa China harus dilihat sebagai suatu negara yang mampu memainkan paranan secara efektif dalam mengkombinasikan peran negara  dan pasar. Interpretasi  di atas ideologi komunis yang dilakukan Deng  Xiaoping harus dilihat sebagai langkah cerdas guna mendobrak kebuntuan dan stagnasi  yang ada. Dengan reformasi pembangunan yang dilakukan  China menjadi salah satu negara yang tercepat di dunia dalam pertumbuhan ekonomi, serta China telah mengangkat ratusan juta masyarakatnya  dari kemiskinan.
Di Indonesia mestinya bisa mengambil pelajaran seperti itu, selain sifat gradual liberalisasi ekonomi yang dilakukan China, para elit negara  tersebut mempunyai pola pikir yang layak di jadikan pelajaran, legiminasi  pemerintah harus dibangun melalui usaha bagaimana  meningkatkan  pendapatan dan kesejahteraan rakyat. Pandangan tersebut penting diperhatikan karena kebijakannya politik pemerintah di Indonesia lebih berpihak pada kooporasi-kooporasi besar, kebijakan – kebijakan yang di ambil cenderung pragmatis demi melakukan pelanggengan  kekuasaan  lima tahun kedepan.
 Hal yang telah bisa kita ambil pula adalah bagaimana mampu memupuk nasionalisme dalam keseluruhan proses kebijakan publik ketika negara tersebut mengintegrasikan diri dalam perekonomian global.