Senin, 28 Februari 2011

EKSISTENSI SENTRA PENGRAJIN SEPATU/SANDAL RUMAHAN DI CIKARET KABUPATEN BOGOR


PENDAHULUAN
Krisis global yang terjadi di tahun 1998 memang berdampak sistemik pada negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebagai bangsa yang terbuka, Indonesia pun terkena imbas dari krisis yang berawal dari Amerika ini. Perekonomian dalam negeri Indonesia  sempat kacau, tapi akhirnya  kita dapat keluar dari resesi ini. Itulah yang dikatakan oleh para pemimpin negeri ini.
Dalam perkembangannya, selama proses pemulihan dari krisis, banyak perusahaan yang collaps, baik kecil  maupun besar, di tingkat nasional maupun lokal, semua mengambil ancang-ancang untuk menghadapi situasi terburuk yang mungkin terjadi.
Gelombang dahsyat menyapu sistem perekonomian Indonesia, tapi tidak sedikit pula yang banyak bertahan. Salah satunya adalah UMKM sepatu/sandal Cikaret pimpinan Bapak Atang yang sampai sekarang masih berproduksi di tengah gempuran persaingan global. Disinilah pentingya manajemen perusahaan dibutuhkan.
Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang-barang untuk masyarakat dengan motif keuntungan. Sebagai suatu lembaga, perusahaan merupakan suatu wadah yang terorganisir yang betul-betuk didirikan dan diterima dalam tata kehidupan masyarakat. Jika dilihat dari besarannya, perusahaan dibagi menjadi perusahaan besar dan perusahaan kecil dan menengah (UMKM).
Fungsi manajemen yang pokok adalah merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengkoordinir dan mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan. Tidak ada perusahaan yang dapat hidup lama bila manajemennya tidak baik, dan beruntunglah perusahaan itu bila memiliki memanajemen kompeten.
Berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen di atas, koordinasi merupakan salah satu prinsip organisasi yang tidak bisa diabaikan. Orang sering mengatakan, koordinasi merupakan asas pertama dalam pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, dalam penulisan ini akan membahas lebih mendalam mengenai koordinasi yang dijalankan oleh Bapak Atang dalam mengelola perusahaan bengkel sepatu/sandal yang dimilikinya.

SEJARAH PERKEMBANGAN PENGRAJIN SANDAL/SEPATU
Cikaret adalah sebuah Desa/perkampungan yang terletak di belahan kota Bogor bagian Selatan, Sejak tahun 1970-an perkampungan ini terkenal dengan para pengrajin sepatu dan katsandal yang tergolong ke dalam Home Industri hingga sekarang.
Pesatnya perkembangan industri modern di dalam negeri dan membanjirnya produksi luar negeri terutama barang-barang dari Cina, Taiwan, Hongkong dan Singapura, membuat industri sepatu dan sandal rumahan harus banting tulang mempertahankan eksistensinya dalam usaha mempertahankan diri dari ketersaingan barang sejenis yang masuk ke pasaran lokal maupun nasional.
Sentra pengrajin sepatu/sandal rumahan (Home Industri) tersebar diberbagai wilayah di Desa Cikaret, seperti di Cikaret Lebak ( Gg. Madrasah, Gg. Makam, Cikaret Hijau, Gg. Kesadaran dll), Cikaret Tengah ( Gg. Pangumbahan, Gang Emad, Gg. Basir, Gg. Flamboyan dan sekitarnya) untuk wilayah Cikaret Timur (mulai dari Gg. Kosasih mulai dari RW 07, 08, 09, 10, 11 dan 12) jika dihitung dengan prosentase bahwa pengrajin sepatu/sandal rumahan yang ada di wilayah Cikaret  hampir 70% terdapat di wilayah Gg. Kosasih sebagaimana disebutkan di atas
Dan bahkan sebelum pasca krisis moneter di tempat ini (Gg. Kosasih) terdapat patung Sepatu berukuran besar yang dibuat oleh seorang Pengusaha keturunan Cina di depan ng pabrik penampungan sepatu/sandal, namun akhirnya patung sepatu ini hancur karena terjadi kebakaran besar yang menghanguskan sebagai barang-barang yang ada di gudang penampungan.    

OBJEK PENELITIAN/STUDI KASUS
Modal :  
Dalam rangka penelitian lapangan (observasi lokasi), beberapa waktu yang lalu kami menyambangi sebuah rumah pengrajin yang berada di wilayah RT. 02/RW. 07 Cikaret, dan bertemu dengan Bapak Atang, sang pemilik bengkel sandal dan mengadakan wawancara seputar usaha sandal yang mereka lakukan.
Bapak Atang, merupakan salah satu pengusaha/pengrajin sandal rumahan di wilayah Gg. Kosasih. Beliau menggeluti usaha sandal ini sejak tahun 1985 hingga sekarang. Sebelum membuka usaha sendiri Bapak Atang ini pernah bekerja sebagai tukang /pembuat Sandal pada orang lain selama puluhan tahun lamanya, sehingga pengalaman bekerja  pada orang lain itulah akhirnya Bapak Atang ini mencoba membuka bengkel sendiri dengan modal yang seadanya (minim). Namun lambat laun usaha  yang dilakukannya semakin berkembang pesat seiring banyaknya kepercayaan / permintaan (order) dari beberapa Toko sepatu/sandal, karena sandal produk Bapak Atang ini memiliki model yang bervariasi.
Jumlah Modal pertama yang dialokasikan  oleh Bapak Atang untuk usaha pembuatan Sandal ini pada tahun 1985 adalah sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) namun seiring dengan perkembangan tingkat kenaikan harga bahan baku sekarang diperlukan modal sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).
Sistem dan prosedur dalam usaha bengkel Bapak Atang pada hakikatnya menggambarkan apa yang harus dikerjakan, dalam urutan-urutan yang begaimana, melalui bagian apa saja serta siapa yang menanganinya, dan kalau mungkin kapan tugas itu harus selesai.
Sistem Produksi :
Dalam pembuatan sepatu/sandal tidak serta merta dibuat lalu dijual. Berdasarkan pemaparan Bapak Atang, sebelum proses produksi berlangsung harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu, yakni:
-       Pihak bengkel membuat contoh model sepatu//sandal yang akan diproduksi
-       Setelah itu model dibawa ke “bos” untuk ditawarkan
-       Jika contoh model tidak disetujui, maka bengkel mengadakan perubahan pada model lalu menawarkannya lagi. Jika disetujui, maka “bos” menyediakan berbagai kebutuhan dalam memproduksi sepatu sandal
-       Bahan baku siap diolah
-       Produk yang sudah jadi dibawa ke “bos”  dan transaksi keuangan dilaksanakan

Sistem Kerja :
Untuk melihat kemampuan seorang manajer dalam memimpin dan melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggungjawabnya, yang dikenal sebagai Rentang Manajemen. Koordinasi didefinisikan sebagai suatu proses penyatuan tujuan-tujuan perusahaan dan kegiatan pada tingkat satu-satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
James D Thomson membagi 3 saling ketergantungan diantara satuan-satuan organisasi yaitu:
·         Ketergantungan yang menyatu (Pooled Interdependence) dimana setiap departemen dan fungsional tergantung pada pelaksanaan kerja 
·         Ketergantungan yang Berurutan (Sequential Interdependence) dimana pekerjaan dari tiap departemen atau fungsional tergantung dari penyelesaian pekerjaan departemen yang lain sebelum satuan lain dapat bekerja.
·         Ketergantungan Timbal Balik (Reciprocal Interdepedence) Merupakan hubungan memberi dan menerima antar suatu organisasi

Koordinasi merupakan usaha menisnkronkan serta menyatukan dari sekelompok orang. Suatu usaha yang terkoordinir ialah dimana kegiatan karyawan itu harmonis, terarah dan terintegrasikan menuju tujuan-tujuan bersama.
Begitu rumitnya proses yang dilalui dalam membuat sepatu/sandal yang sederhana sekalipun. Dalam hal ini koordinasi sangat penting, bahkan untuk usaha kecil pun.
Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer.
Bawahan yang terlalu banyak itu kurang baik, demikianpula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik. Ada dua alasan mengapapenentuan rencana yang baik dan tepat Rencana manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
Adanya hubungan antara rentang manajemen dengan struktur organisasi, dimana semakin sempit rantang manajemen struktur organisasi berbentuk “tall” sedang rentang manajemen yang melebar akan membentuk struktur organisasi “flat” yang berarti tingkatan manajemen semakin sedikit.
Proses usaha pembuatan sepatu/sandal ini dikoordinir oleh Bapak Atang secara langsung,  dengan jumlah karyawan yang dimiliki 7 orang, sang manager membagi karyawan  ke dalam 4 (empat) kategori pekerjaan yaitu :
·         Bagian yang mengerjakan Muka sebanyak 2 Orang;
·         Bagian yang Mengerjakan Bawah sebanyak 2 Orang;
·         Bagian yang mengerjakan Bensol sebanyak 2 Orang, dan
·         Yang mengerjakan pengepakan hanya 1 Orang.
Dengan komposisi pembagian pegawai yang demikian, dapat menunjang dalam pemenuhan target produksi. Dengan adanya koordinasi yang efektif, maka:
·         Beban tiap bagian tidak terlalu berat karena adanya keseimbangan antar bagian.
·         Tiap bagian akan memperoleh informasi yang jelas dalam partisipasi pencapaian tujuan dan peranannya masing-masing
·         Schadule kerja saling terkait sehingga menjamin penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya.
Umumnya para pekerja di bengkel Bapak Atang ini bekerja normal selama 6 hari kerja dari jam 7.00 s/d jam 16. 00 dengan perhitungan penghasilan tergantung jumlah kodi yang dihasilkan, jika dihitung rata-rata pekerja sehari menghasilkan produksi sebanyak 4 (empat) kodi per hari dengan rata-rata penghasilan per kodi bervariasi mulai dari Rp. 17.500/kodi untuk tukang Muka, Rp. 20.000/kodi untuk tukang bawah dan Rp. 500,-/buah untuk tukang pengepakan. Jika dihitung besaran pendapatan per minggu rata-rata per karyawan dapat mengasilkan upah antara Rp. 75.000 s/d Rp. 300.000. Sistim pemberian upah/gaji dibayarkan setiap hari Sabtu sore setelah hasil produksi dipasarkan ke Toko yang sudah menjadi mitra  pemasaran. Jika pada bulan dan waktu–waktu tertentu sesuai dengan jumlah order/permintaan meningkat biasanya jam kerja ditambah sampai dengan malam hari, misalnya pada bulan Ramadhan menjelang hari raya karena memenuhi tuntutan pasar.
Merek Produksi :
Usaha pembuatan Sandal Bapak Atang ini memiliki merek Stevvano, Akiko, dan lain-lain. dengan model dan berbagai ukuran. selain itu, jika memesan secara langsung, para pembeli bisa membat merek sendiri sesuai keinginan.
Bahan Baku :
Umumnya bahan baku pembuatan Sandal ini menggunakan Kulit Imitasi yaitu : Ace, Spon, Sol Potong/Jadi, Latek, Lem, Kompor pengering, dan Kardus untuk membungkus barang yang sudah jadi.
Sarana dan Peralatan Produksi :
Proses pembuatan Sandal ini menggunakan peralatan yaitu : Mesin Jahit untuk menjahit kulit muka sandal bagian atas, Amleng, Kayu open, Tang, palu.
Sistem Pemasaran Hasil Produksi :
Produk hasil perajin Sandal seperti Bapak Atang ini dipasarkan atas dasar pesanan Toko di Pasar Anyar Bogor, jadi Bapak Atang ini hanya tinggal mengirimkan barang produksinya pada setiap akhir pekan (Sabtu) dengan sistim pembayaran dengan Cek  senilai jumlah barang pesanan, yang kemudian Cek ini dicairkan dalam bentuk Bahan Baku  dan uang hasil selisih barang yang dibutuhkan untuk produksi. Dari selisih uang tersebut sebagian dibayarkan untuk upah karyawan/buruh pada akhir pekan. Demikian  dan seterusnya.
Selain itu, barang-barang hasil produksi juga diibawa ke ITC Jakarta.
Manajemen Sumber Daya Manusia :
Jika dilihat dari tingkat pendidikan untuk usaha perbengkelan Sandal pada saat sekarang ini berbeda dengan tahun 1970-an.
Pada jaman dulu rata-rata karyawan/buruh tingkat pendidikannya hanya sampai kelas 3 SD, jarang sekali yang lulus SD, karena faktor kehidupan ekonomi yang sangat rendah, sehingga tidak sedikit anak usia sekolah menjadi pekerja di bengkel-bengkel Sandal. Namun berbeda dengan keadaan sekarang untuk karyawan/buruh di tempat perajin Sandal Bapak atang ini bahkan terdapat lulusan  SMEA/SLTA, untuk hal ini dikarenakan rendahnya kualitas untuk bersaing menjadi PNS atau Swasta yang bonafid.

PERMASALAHAN.
Membanjirnya barang-barang produksi pabrikan dari luar negeri di pasaran lokal dan dalam negeri tentu sangat berpengaruh pada eksistensi pengrajin dibidang usaha, karena hal ini akan menimbulkan dampak dari sisi negatif dan positif. Sisi negatifnya adalah para pengrajin akan banyak yang gulung tikar alias bangkrut jika pemerintah tidak mengambil kebijakan proteksi terhadap produk usaha dalam negeri dengan membiarkan masuknya barang dari luar negeri. Dan secara langsung hal lambat laun akan mematikan perekonomian Usaha Kecil Menengah (UKM) di beberapa daerah termasuk di sentra pengrajin Sandal seperti Bapak Atang ini. Selain hal tersebut tentunya dari segi kesehatan pada proses pembuatan sandal ini akan menimbulkan penyakit seperti Paru-Paru yang diakibatkan oleh bau spon dan Lem/Latek jika tidak pekerja tidak dilindungi dengan Masker.
Hal lain yang sangat terasa adalah tidak seimbangnya antara harga jual produsen dan keuntungan yang diperoleh dengan harga jual langsung ke konsumen. Jika diperhatikan, harga jual dari Bapak Atang ke “bos” adalah kecil keuntungannya, tapi setelah masuk ke etalase supermarket atau mall harganya jauh lebih mahal. Inilah yang membuat usaha bengkel tidak banyak berubah.
Sedangkan Dampak positif  yang ditimbulkan yaitu bahwa munculnya usaha Kecil menengah di bidang sepatu ini banyak menyerap tenaga kerja /buruh sehingga akan mengurangi tingkat pengangguran untuk wilayah Cikaret dan sekitarnya. Dampak positif lainnya adalah bahwa limbah dari bekas produksi sandal ini dijual kembali kepada orang yang menampung seharga Rp. 4.200/Kg untuk sisa guntingan Sol/bonet dan Ace bekas guntingan.
Dalam menjalankan usaha perbengkelan Sandal ini Bapak Atang merasakan tidak selalu berjalan mulus, permasalahan yang dihadapi selalu menghadang diantaranya :
1.     pada saat banyaknya permintaan pasar (order) masalah disiplin pegawai menjadi persoalan tersendiri, buruh tukang sering terlambat datang terutama pada saat hari Senin, saat permulaan bekerja.
2.     banyaknya barang-barang produksi luar negeri dari Taiwan, Cina, Hongkong dan singapura yang masuk ke pasaran Indonesia dengan harga yang relatif murah.
3.     Kurangnya penyuluhan dan bantuan dari instansi terkait untuk meningkatkan kualitas dan mutu barang produksi yang dihasilkan.


PENUTUP
Koordinasi sangat diperlukan dalam organisasi/perusahaan agar diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Apabila masing-masing bagian dalam organisasi bertindak sendiri-sendiri, tidak terkoordinir, niscaya tujuan perusahaan tak akan tercapai. Jadi setelah segala sesuatu itu direncanakan, diorganisir, diarahkan maka selanjutnya kegiatan-kegiatan perlu dikoordinir.
Dari uraian mengenai koordinasi dan rentang manajemen di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa:
-         Jalannya perusahaan yang baik dilihat dari koordiasi yang baik juga di perusahaan tersebut. Karena dengan koordinasi akan terjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dalam perusahaan sehingga membuat tujuan suatu perusahaan akan berjalan sesuai yang diinginkan dan berjalan dengan lancar.
-         Untuk melihat kemampuan seorang manajer dalam memimpin dan melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggungjawabnya, yang dikenal sebagai Rentang Manajemen.
Rentang manajemen (jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer) bisa dilihat dari besar atau kecilnya perusahaan tersebut. Perusahaan yang kecil biasanya menggunakan struktur organisasi yang lebih kecil. Alasannya agar setiap pekerja dapat bekerja dengan baik dan tidak saling mengandalkan satu kepada yang lain. Begitupun sebaliknya dengan perusahaan yang besar akan menggunakan struktur organisasi yang lebih besar agar jalannya produksi dapat berjalan cepat dan lancar.