Jumat, 02 Desember 2011
Administrasi Publik (Bag III)
Terkait dengan alasan berbagai referensi yang dikemukakan para ahli menyebutkan kata public yang telah umum diadaptasi dengan pengertian yang sama dengan kata publik di Indonesia, maka dalam kepentingan ini kata “public” lebih diberfungsikan ketimbang kata Negara.
Apa yang disebut ilmu administrasi public adalah ilmu yang mempelajari kegiatan kerjasama dalam bidang-bidang yang bersifat public. Oleh karena itu, administrasi ublik merupakan cabang dari ilmu adminsitrasi. Dengan demikian, semua teori, konsep, dan analisis yang berlaku dalam ilmu administrasi, juga berlaku bagi ilmu administrasi public (Ali Mufiz, 1986).
Memang bidang yang dicakup oleh istilah administrasi begitu luaasnya, sehingga para ahli seperti Robert Presthus, sampai-sampai harus mengungkapkan bahwa studi administrasi itu lebih luas daripada cakupan ilmu-ilmu social lainnya. Alasannya, administrasi meliputi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam kerangka kerjasama, sedangkan kita sadari, kerjasama itu dapat kita temui dalam setiap aspek kehidupan.
Seperti halnya dengan istilah administrasi, istilah administrasi public pun mempunyai berbagai macam definisi. Tetapi apabila kita telaah lebih mendalam, definisi-definisi mengenai administrasi public sebenarnya diangkat dari dua pola pemikiran berbeda.
Pola pertama memandang bahwaa administrasi public sebagai satu kegiatan yang ddilakukan oleh pemerintah, yaitu lembaga eksekutif.
Pola ke dua, memandang bahwa administrasi public lebih luas daripada sekadar pembahasan mengenai aktivitas-aktivitas lembaga eksekutif. Tetapi sebaliknya, administrasi public meliputi seluruh aktivitas dari ketiga cabang pemerintahan: legislative, eksekutif, dan yudikatif.semuanya itu bermuara pada fungsi memberikan pelayanan pada public.
Berangkat dari pola [emikiran ke dua tersebut, tampaknya tidak berlebihan jika kemudian Felix A. Nigro menyimpulkan bahwa administrasi public adalah:
a. Usaha kelompok bersifat kooperatif yang diselenggarakan dalam satu lingkungan public;
b. Meliputi seluruh tiga cabang pemerintaha; eksekutif, yudikatif, legislative, serta pertalian diantara ketiganya;
c. Mempunyai peranan penting dalam formulasi kebijakan public )public policy) dan merupakan bagian proses politik;
d. Amat berbeda dengan administrasi privat;
e. Berhubungan erat dengan kelompok-kelompok privat dan individual dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sumber Pustaka:
Saefudin Zenju, Nandang, Administrasi Publik; Teori dan Aplikasi dalam Perspektif Idealitas Domestik, Surabaya, KITA Press, 2008.
Definisi Administrasi dalam Arti Sempit (Bag II)
Istilah administrasi dalam pengertian sebagai tatausaha, diantaranya disampikan Munawardi Reksohadiprawiro, G. Kartasapoetra, dan Harris Muda (Ali Mufiz, 1986).
Dalam arti sempit, Munawardi Reksohadiprawiro, memberi pengertian administrasi sebagai tata usaha yang mencakup setiap pengaturan yang rapid an sistematis serta penentuan fakta secara tertulis, dengan tujuan memperoleh pandangan yang menyeluruh serta hubungan timbale balik antara satu faktum dengan faktum lainnya.
G. kartasapoetra memberi pengertian administrasi sebagai suatu alat yang dapat dipakai menjamin kelancaran dan keberesan bagi setiap manusia untuk melakukan perhubungan, persetujuan, dan perjanjian atau lain sebagainya antara sesame manusia dan/atau badan hokum yang dilakukan secara tertulis.
Sedangkan menurut pendapat Harris Muda, administrasi adalah suatu pekerjaan yang sifatnya; mengatur segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan tulis-menulis, surat-menyurat, dan mencatat (membukukan) setiap perubahan.kejadian yang terjadi di dalam organisasi itu.
Istilah administrasi dalam pengertian sebagai pemerintah atau administrasi public, diantaranya disampaikan Wijana dan Z. Wayong.
Wijana memberi pengertian, administrasi sebagai rangkaian semua organ Negara rendah dan tinggi, yang bertugas menjalankan pemerintahan, pelaksanaan, dan kepolisian.
Sedangkan menurut Z . Wajong, administrasi publik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan usaha-usaha instansi pemerintah agar tujuannya tercapai.
Bila kita cermati secara seksama, meskipun dirangkai dalam susunan kata yang berlainan, namun definisi-definisi tersebut tetap mempunyai inti yang sama, yaitu memanfaatkan administrasi sebagai suatu jenis kegiatan atau aktivitas pekerjaan atau perbuatan atau tindakan atau pun usaha. Namun demikian, kegiatan yang dilakukan, tidak hanya terdiri atas satu macam, melainkan merupakan suatu rangkaian kegiatan. Kegiatan itu dilaksanakan dalam satu kerangka kerjasama, yang dmaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi sesungguhnya administrasi adalah suatu rangkaian kegiatan atau sebagai proses.
Sumber Pustaka:
Saefudin Zenju, Nandang, Administrasi Publik; Teori dan Aplikasi dalam Perspektif Idealitas Domestik, Surabaya, KITA Press, 2008.
Definisi Administrasi menurut Para Ahli (Bag I)
Administrasi berasal dari kata to administer, yang diartikan sebagai to manage (mengelola). Secara etimologis, administrasi dapat diartikan sebagai kegiatan dalam mengelola informasi, manusia, harta benda, hingga tercapainya tujuan yang terhimpun dalam organisasi.
Dalam arti sempit, administrasi merupakan penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan dan informasi secara sistematis serta untuk memudahkan memperolehnya kembali.
Dalam arti luas, istilah administrasi berhubungan dengan kegiatan kerjasama yang dilakukan manusia atau sekelompok orang sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Namun tidak semua kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang bias disebut administrasi.
Selama ini, istilah administrasi dipergunakan dalam berbagai macam pengertian, yang seringkali mengaburkan hakikat yang terkandung di dalam istilah administrasi.
Dari Indonesia saja, The Liang Gie telah berhasil mengumpulkan lebih dari empat puluh lima definisi administrasi. Tetapi, semua itu dapat dikelompokkan dalam tiga macam pengertian administrasi, yakni:
1. Istilah administrasi yang dipergunakan dalam pengertian proses atau kegiatan;
2. Istilah administrasi yang dipergunakan dalam pengertian tata usaha.
3. Istilah administrasi yang dipergunakan dalam pengertian pemerintah atau administrasi public.
Stephen Robbins dikutip oleh Ulbert Silalahi menyatakan “Administration is the universal process of efficiently getting activities completed with and through other people” (Administrasi adalah proses yang universal dalam aktivitas pencapaian tujuan secara efisien dengan dan melalui orang lain).
Istilah administrasi dalam pengertian sebagai proses atau kegiatan, diantaranya disampaikan Sondang P. Siagian, The Liang Gie, serta Sutarto dan R. P. Soewarno.
Menurut pendapat Sondang P. Siagian, administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan pada rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang lebih ditentukan sebelumnya.
Dikatakan The Liang Gie (1976), administrasi adalah segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjsama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut pendapat Soetarto dan R. P. Soewarno (1978), administrasi adalah suatu proses penyelenggaraan dan pengurusan segenap tindakan/kegiatan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan.
Sumber Pustaka:
Saefudin Zenju, Nandang, Administrasi Publik; Teori dan Aplikasi dalam Perspektif Idealitas Domestik, Surabaya, KITA Press, 2008.
Minggu, 14 Agustus 2011
Sabtu, 13 Agustus 2011
MODEL ADAPTATION RELATING TO THE DETERMINATION OF ECOLOGICAL SOCIETY SK. MINISTER OF FORESTRY NO. 175/KPTS-II/2003 ZONE EXPANSION OF NATIONAL PARK (STUDY ON THE INDIGENOUS PEOPLE OF KASEPUHAN SINARRESMI IN THE HALIMUN SALAK NATIONAL PARK)
ABSTRACT
Appointments status area of the Mist Mountain National Park-Salak (TNGHS) covering 113 357 ha through the Minister of Forestry made the access of indigenous peoples No.175/Kpts-II/2003 Kasepuhan Sinarresmi in harnessing the forest is a source of livelihood and customs / traditions to be closed, whereas On the other hand the community with their local wisdom has its own concept of conservation of indigenous wewengkon governing forest uses into leuweung deposit, cover, and cultivation. For indigenous peoples, with the presence TNGHS mean having to make adjustments (adaptation) cultural values that have been established against the rules in force in the national park.
This study aims to examine the reality of attitudes, adaptation of the system (technological, organizational, and ideological) and values of indigenous peoples Kasepuhan Sinarresmi. In addition, to know the ecological model of adaptation by indigenous peoples in the face of the contents Kasepuhan Sinarresmi content policy. The collection of data using depth interview technique, observation and focus group. Further research data analyzed by descriptive analysis and SWOT analysis.
The results on the ground shows that within the community itself there are differences in attitudes in the face of national parks, there is an accept, reject, and do not take the attitude / neutral. However, unrest among the people who reject the still growing. Outputs generated through this research is to find a model of ecological adaptation of indigenous peoples so that even though access to the forest a bit but people can achieve decent living standards. Thus the adage "businesses can katenjo, society jongjon ngejo, leuweung tetep hejo" can be realized.
Appointments status area of the Mist Mountain National Park-Salak (TNGHS) covering 113 357 ha through the Minister of Forestry made the access of indigenous peoples No.175/Kpts-II/2003 Kasepuhan Sinarresmi in harnessing the forest is a source of livelihood and customs / traditions to be closed, whereas On the other hand the community with their local wisdom has its own concept of conservation of indigenous wewengkon governing forest uses into leuweung deposit, cover, and cultivation. For indigenous peoples, with the presence TNGHS mean having to make adjustments (adaptation) cultural values that have been established against the rules in force in the national park.
This study aims to examine the reality of attitudes, adaptation of the system (technological, organizational, and ideological) and values of indigenous peoples Kasepuhan Sinarresmi. In addition, to know the ecological model of adaptation by indigenous peoples in the face of the contents Kasepuhan Sinarresmi content policy. The collection of data using depth interview technique, observation and focus group. Further research data analyzed by descriptive analysis and SWOT analysis.
The results on the ground shows that within the community itself there are differences in attitudes in the face of national parks, there is an accept, reject, and do not take the attitude / neutral. However, unrest among the people who reject the still growing. Outputs generated through this research is to find a model of ecological adaptation of indigenous peoples so that even though access to the forest a bit but people can achieve decent living standards. Thus the adage "businesses can katenjo, society jongjon ngejo, leuweung tetep hejo" can be realized.
Senin, 27 Juni 2011
LAGU ANAK-ANAK YANG MENYESATKAN
Ternyata lagu anak-anak yang populer banyak mengandung kesalahan, mengajarkan kerancuan, dan menurunkan motivasi. Berikut buktinya:
1. “Balonku ada 5… rupa-rupa warnanya… merah, kuning, kelabu.. merah muda dan biru… meletus balon hijau, dorrrr!!!” Perhatikan warna-warna kelima balon tsb., kenapa tiba2 muncul warna hijau ? Jadi jumlah balon sebenarnya ada 6, bukan 5!
2. “Aku seorang kapiten… mempunyai pedang panjang… kalo berjalan prok..prok.. prok… aku seorang kapiten!” Perhatikan di bait pertama dia cerita tentang pedangnya, tapi di bait kedua dia cerita tentang sepatunya (inkonsistensi) . Harusnya dia tetap konsisten, misal jika ingin cerita tentang sepatunya seharusnya dia bernyanyi : “mempunyai sepatu baja (bukan pedang panjang)… kalo berjalan prok..prok.. prok..” nah, itu baru klop! jika ingin cerita tentang pedangnya, harusnya dia bernyanyi : “mempunyai pedang panjang… kalo berjalan ndul..gondal. .gandul.. atau srek.. srek.. srek..” itu baru sesuai dg kondisi pedang panjangnya!
3. “Bangun tidur ku terus mandi.. tidak lupa menggosok gigi.. habis mandi ku tolong ibu.. membersihkan tempat tidurku..” Perhatikan setelah habis mandi langsung membersihkan tempat tidur. Lagu ini membuat anak-anak tidak bisa terprogram secara baik dalam menyelesaikan tugasnya dan selalu terburu-buru. Sehabis mandi seharusnya si anak pakai baju dulu dan tidak langsung membersihkan tempat tidur dalam kondisi basah dan telanjang!
4. “Naik-naik ke puncak gunung.. tinggi.. tinggi sekali.. kiri kanan kulihat saja.. banyak pohon cemara.. 2X” Lagu ini dapat membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi! Pada awal lagu terkesan semangat akan mendaki gunung yang tinggi tetapi kemudian ternyata setelah melihat jalanan yg tajam mendaki lalu jadi bingung dan gak tau mau ngapain, bisanya cuma noleh ke kiri ke kanan aja, gak maju2!
5. “Naik kereta api tut..tut..tut. . siapa hendak turut ke Bandung .. Surabaya .. bolehlah naik dengan naik percuma.. ayo kawanku lekas naik.. keretaku tak berhenti lama” Nah, yg begini ini yg parah! mengajarkan anak-anak kalo sudah dewasa maunya gratis melulu. Pantesan PJKA rugi terus! terutama jalur Jakarta- Bandung dan Jakarta-Surabaya!
6. “Di pucuk pohon cempaka.. burung kutilang berbunyi.. bersiul2 sepanjang hari dg tak jemu2.. mengangguk2 sambil bernyanyi tri li li..li..li.. li..li..” Ini juga menyesatkan dan tidak mengajarkan kepada anak2 akan realita yg sebenarnya. Burung kutilang itu kalo nyanyi bunyinya cuit..cuit.. cuit..! kalo tri li li li li itu bunyi kalo yang nyanyi orang, bukan burung!
7. “Pok ame ame.. belalang kupu2.. siang makan nasi, kalo malam minum susu..”
Ini jelas lagu dewasa dan untuk konsumsi anak2! karena yg disebutkan di atas itu adalah kegiatan orang dewasa, bukan anak kecil. Kalo anak kecil, karena belom boleh maem nasi, jadi gak pagi gak malem ya minum susu!
8. “nina bobo oh nina bobo kalau tidak bobo digigit nyamuk”
Anak2 indonesia diajak tidur dgn lagu yg “mengancam”
9. “Bintang kecil dilangit yg biru…”
Bintang khan adanya malem, lah kalo malem bukannya langit item?
10. “Ibu kita Kartini…harum namanya.”
Namanya Kartini atau Harum?
11. “Pada hari minggu ku turut ayah ke kota. naik delman istimewa kududuk di muka.”
Nah,gak sopan khan..
12. “Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung dikebun kita…”
kalo mau nanam jagung, ngapain nyangkul dalam-dalam
sumber awal http://semutgadogado.blogspot.com/2010/04/lagu-anak-anak-yang-menyesatkan.html
1. “Balonku ada 5… rupa-rupa warnanya… merah, kuning, kelabu.. merah muda dan biru… meletus balon hijau, dorrrr!!!” Perhatikan warna-warna kelima balon tsb., kenapa tiba2 muncul warna hijau ? Jadi jumlah balon sebenarnya ada 6, bukan 5!
2. “Aku seorang kapiten… mempunyai pedang panjang… kalo berjalan prok..prok.. prok… aku seorang kapiten!” Perhatikan di bait pertama dia cerita tentang pedangnya, tapi di bait kedua dia cerita tentang sepatunya (inkonsistensi) . Harusnya dia tetap konsisten, misal jika ingin cerita tentang sepatunya seharusnya dia bernyanyi : “mempunyai sepatu baja (bukan pedang panjang)… kalo berjalan prok..prok.. prok..” nah, itu baru klop! jika ingin cerita tentang pedangnya, harusnya dia bernyanyi : “mempunyai pedang panjang… kalo berjalan ndul..gondal. .gandul.. atau srek.. srek.. srek..” itu baru sesuai dg kondisi pedang panjangnya!
3. “Bangun tidur ku terus mandi.. tidak lupa menggosok gigi.. habis mandi ku tolong ibu.. membersihkan tempat tidurku..” Perhatikan setelah habis mandi langsung membersihkan tempat tidur. Lagu ini membuat anak-anak tidak bisa terprogram secara baik dalam menyelesaikan tugasnya dan selalu terburu-buru. Sehabis mandi seharusnya si anak pakai baju dulu dan tidak langsung membersihkan tempat tidur dalam kondisi basah dan telanjang!
4. “Naik-naik ke puncak gunung.. tinggi.. tinggi sekali.. kiri kanan kulihat saja.. banyak pohon cemara.. 2X” Lagu ini dapat membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi! Pada awal lagu terkesan semangat akan mendaki gunung yang tinggi tetapi kemudian ternyata setelah melihat jalanan yg tajam mendaki lalu jadi bingung dan gak tau mau ngapain, bisanya cuma noleh ke kiri ke kanan aja, gak maju2!
5. “Naik kereta api tut..tut..tut. . siapa hendak turut ke Bandung .. Surabaya .. bolehlah naik dengan naik percuma.. ayo kawanku lekas naik.. keretaku tak berhenti lama” Nah, yg begini ini yg parah! mengajarkan anak-anak kalo sudah dewasa maunya gratis melulu. Pantesan PJKA rugi terus! terutama jalur Jakarta- Bandung dan Jakarta-Surabaya!
6. “Di pucuk pohon cempaka.. burung kutilang berbunyi.. bersiul2 sepanjang hari dg tak jemu2.. mengangguk2 sambil bernyanyi tri li li..li..li.. li..li..” Ini juga menyesatkan dan tidak mengajarkan kepada anak2 akan realita yg sebenarnya. Burung kutilang itu kalo nyanyi bunyinya cuit..cuit.. cuit..! kalo tri li li li li itu bunyi kalo yang nyanyi orang, bukan burung!
7. “Pok ame ame.. belalang kupu2.. siang makan nasi, kalo malam minum susu..”
Ini jelas lagu dewasa dan untuk konsumsi anak2! karena yg disebutkan di atas itu adalah kegiatan orang dewasa, bukan anak kecil. Kalo anak kecil, karena belom boleh maem nasi, jadi gak pagi gak malem ya minum susu!
8. “nina bobo oh nina bobo kalau tidak bobo digigit nyamuk”
Anak2 indonesia diajak tidur dgn lagu yg “mengancam”
9. “Bintang kecil dilangit yg biru…”
Bintang khan adanya malem, lah kalo malem bukannya langit item?
10. “Ibu kita Kartini…harum namanya.”
Namanya Kartini atau Harum?
11. “Pada hari minggu ku turut ayah ke kota. naik delman istimewa kududuk di muka.”
Nah,gak sopan khan..
12. “Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung dikebun kita…”
kalo mau nanam jagung, ngapain nyangkul dalam-dalam
sumber awal http://semutgadogado.blogspot.com/2010/04/lagu-anak-anak-yang-menyesatkan.html
Kamis, 16 Juni 2011
KEBIJAKAN DAN PEMBANGUNAN
The questions to ask about country’s development are therefore: What has been happening to poverty? What has been happening to unemployment? What has been happening to inequality? If all three of these have declined from high levels then beyond doubt this has been a period of development for the country concerned. If one or two of these central problems have been growing worse, especially if all three have, it would be strange to call the result “development” even if per capita income doubled. (Dudley Seers, 1972).
Kebijakan dan pembangunan adalah dua konsep yang terkait. sebagai sebuah proses peningkatan kualitas hidup manusia, pembangunan adalah konteks dimana kebijakan beroperasi. Sementara itu, kebijakan yang menunjuk pada kerangka kerja pembangunan, memberikan pedoman bagi pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan ke dalam beragam program dan proyek.
Sebagai suatu perubahan terencana dan berkesinambungan, pembangunan pada hekekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan perlu diimplementasikan ke dalam berbagai program pembangunan yang dapat secara langsung menyangkut masyarakat. pembangunan memerlukan cara atau pedoman tindakan yang terarah mengenai ‘bagaimana’ meningkatkan kualitas hidup manusia tersebut. Suatu perangkat pedoman yang memberikan arah terhadap pelaksanaan strategi-strategi pembangunan dapat kita sebut sebagai kebijakan. Fungsi kebijakan di sini adalah untuk memberikan rumusan mengenai berbagai pilihan tindakan dan prioritas yang diwujudkan dalam program-program peayanan social yang efektif untuk mencapai tujuan pembangunan.
Pembangunan akan memberikan hasil yang optimall apabila memperhatikan berbagai dimensi secara seimbang dan proporsional. Pengalaman Indonesia pada tahap-tahap awal pembangunan hingga tahun 1970-an, member pesan jelas bahwa untuk memacu dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan kesejahteraan social yang adil, pendekatan pembangunan harus mempertimbangkan aspek-aspek social. Pendekatan social perlu diterapkan bersamaan dengan pendekatan ekonomi dalam strategi pembangunan. Keduanya harus dirancang dan dilaksanakan secara seimbang, saling mengisi, saling melengkapi dan saling memperkuat satu sama lain. Pembangunan social dan kebijakan social kemudian muncul sebagai konsep baru yang mewarnai konstelasi paradigm pembangunan sebelumnya yang terlalu didominasi oleh pembangunan ekonomi dan tentunya oleh kebijakan ekonomi.
Kebijakan dan pembangunan adalah dua konsep yang terkait. sebagai sebuah proses peningkatan kualitas hidup manusia, pembangunan adalah konteks dimana kebijakan beroperasi. Sementara itu, kebijakan yang menunjuk pada kerangka kerja pembangunan, memberikan pedoman bagi pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan ke dalam beragam program dan proyek.
Sebagai suatu perubahan terencana dan berkesinambungan, pembangunan pada hekekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan perlu diimplementasikan ke dalam berbagai program pembangunan yang dapat secara langsung menyangkut masyarakat. pembangunan memerlukan cara atau pedoman tindakan yang terarah mengenai ‘bagaimana’ meningkatkan kualitas hidup manusia tersebut. Suatu perangkat pedoman yang memberikan arah terhadap pelaksanaan strategi-strategi pembangunan dapat kita sebut sebagai kebijakan. Fungsi kebijakan di sini adalah untuk memberikan rumusan mengenai berbagai pilihan tindakan dan prioritas yang diwujudkan dalam program-program peayanan social yang efektif untuk mencapai tujuan pembangunan.
Pembangunan akan memberikan hasil yang optimall apabila memperhatikan berbagai dimensi secara seimbang dan proporsional. Pengalaman Indonesia pada tahap-tahap awal pembangunan hingga tahun 1970-an, member pesan jelas bahwa untuk memacu dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan kesejahteraan social yang adil, pendekatan pembangunan harus mempertimbangkan aspek-aspek social. Pendekatan social perlu diterapkan bersamaan dengan pendekatan ekonomi dalam strategi pembangunan. Keduanya harus dirancang dan dilaksanakan secara seimbang, saling mengisi, saling melengkapi dan saling memperkuat satu sama lain. Pembangunan social dan kebijakan social kemudian muncul sebagai konsep baru yang mewarnai konstelasi paradigm pembangunan sebelumnya yang terlalu didominasi oleh pembangunan ekonomi dan tentunya oleh kebijakan ekonomi.
KERJASAMA; MODAL DASAR ADMINISTRASI
Kodrati seekor burung, dia bias terbang bebas mengarungi langit biru. Mengepakkan kedua belah sayap, menerjang angin musim dan semarak gumlapan awan putih. Namun, bagaimana bila sang burung dilahirkan hanya dengan sebelah sayap? Jangankan untuk terbang tinggi, bebas mengarungi langit biru, sekedar bercengkrama di ranting pohon, atau sekedar berjalan ajeg pun kerap limbung. Sang burung demikian, diam-diam pasrah menyimpang dari kodratinya; hanya sebelah sayap.
Sungguh tepat perumpamaan ikhwal manusia yang ditulis Luciano de Crescendo: Kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah. Hanya bias terbang kalau berpelukan erat-erat dengan orang lain.
Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti burung yang bersayap lengkap. Bias terbang-hidup dan bekerja- sendiri tanpa kebegantungan pada orang lain. Jadinya, dalam rentang usia manusia yang amat pendek, tidak sedikit diantara kita yang tidak pernah bias “terbang”, sekadar berjalan pun limbung.
Intisari dari ilustrasi Crescendo ihwal “burung yang bersayap sebelah” itu, memaknakan manusia diciptakan dengan berbagai keterbatasan. Hakikat paling efektif menepis keterbatasan tersebut, tiada lain dengan membuka rentangan kedua belah tangan selebar-lebarnya untuk “berpelukan”, menjalin kerjasama untuk merangkai kekuatan.
Menjadi hal mutlak, manusia perlu bekerja sama dalam memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya. Kegiatan kerjasama itu mencakup bidang yang sangat luas, dimana saja dan kapan saja. Bahkan masyarakat primitive pun telah melakukannya. Apalagi manusia, termasuk kita, yang hidup di zaman modern sekarang. Kita bias teliti dalam bidang apa pun; politik, ekonmi, budaya, social, keagamaan, hiburan, dan sebagainya tidak pernah luput dari adanya kerjasama itu.
Kerjasama merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih. Hasil yang diperoleh dari kerjasama tersebut, lebih besar daripada jumlah hasil kerja masing-masing. Banyak kegiatan yang tidak akan berhasil tanpa kerjasama.
Dalam amatan Ali Mufiz, kegiatan kerjasama, dicirikan oleh tiga hal penting:
Pertama, kegiatan itu melibatkan dua orang atau lebih.
Kedua, ada kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama.
Ketiga, ada tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Dalam kehidupan kita sehari-hari di dalam masyarakat, ketiga cirri tersebut merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan satu sama lain. Di tengah-tengah masyarakat, kerjasama itu bahkan merupakan rangkaian kegiatan terus menerus dan teratur sifatnya, yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang itu dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, menurut The Liang Gie dan Sutarto, dapat dirangkum dalam satu istilah, yakni administrasi.
Bahan Pustaka:
The Liang Gie dan Sutarto, Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi, Yogyakarta, Penerbit Karya Kencana, 1978.
Sukidin & Damai Marmadi, 2011. Administrasi Publik. Jakarta: Laksbang.
Sungguh tepat perumpamaan ikhwal manusia yang ditulis Luciano de Crescendo: Kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah. Hanya bias terbang kalau berpelukan erat-erat dengan orang lain.
Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti burung yang bersayap lengkap. Bias terbang-hidup dan bekerja- sendiri tanpa kebegantungan pada orang lain. Jadinya, dalam rentang usia manusia yang amat pendek, tidak sedikit diantara kita yang tidak pernah bias “terbang”, sekadar berjalan pun limbung.
Intisari dari ilustrasi Crescendo ihwal “burung yang bersayap sebelah” itu, memaknakan manusia diciptakan dengan berbagai keterbatasan. Hakikat paling efektif menepis keterbatasan tersebut, tiada lain dengan membuka rentangan kedua belah tangan selebar-lebarnya untuk “berpelukan”, menjalin kerjasama untuk merangkai kekuatan.
Menjadi hal mutlak, manusia perlu bekerja sama dalam memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya. Kegiatan kerjasama itu mencakup bidang yang sangat luas, dimana saja dan kapan saja. Bahkan masyarakat primitive pun telah melakukannya. Apalagi manusia, termasuk kita, yang hidup di zaman modern sekarang. Kita bias teliti dalam bidang apa pun; politik, ekonmi, budaya, social, keagamaan, hiburan, dan sebagainya tidak pernah luput dari adanya kerjasama itu.
Kerjasama merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih. Hasil yang diperoleh dari kerjasama tersebut, lebih besar daripada jumlah hasil kerja masing-masing. Banyak kegiatan yang tidak akan berhasil tanpa kerjasama.
Dalam amatan Ali Mufiz, kegiatan kerjasama, dicirikan oleh tiga hal penting:
Pertama, kegiatan itu melibatkan dua orang atau lebih.
Kedua, ada kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama.
Ketiga, ada tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Dalam kehidupan kita sehari-hari di dalam masyarakat, ketiga cirri tersebut merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan satu sama lain. Di tengah-tengah masyarakat, kerjasama itu bahkan merupakan rangkaian kegiatan terus menerus dan teratur sifatnya, yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang itu dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, menurut The Liang Gie dan Sutarto, dapat dirangkum dalam satu istilah, yakni administrasi.
Bahan Pustaka:
The Liang Gie dan Sutarto, Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi, Yogyakarta, Penerbit Karya Kencana, 1978.
Sukidin & Damai Marmadi, 2011. Administrasi Publik. Jakarta: Laksbang.
Senin, 28 Februari 2011
EKSISTENSI SENTRA PENGRAJIN SEPATU/SANDAL RUMAHAN DI CIKARET KABUPATEN BOGOR
PENDAHULUAN
Krisis global yang terjadi di tahun 1998 memang berdampak sistemik pada negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebagai bangsa yang terbuka, Indonesia pun terkena imbas dari krisis yang berawal dari Amerika ini. Perekonomian dalam negeri Indonesia sempat kacau, tapi akhirnya kita dapat keluar dari resesi ini. Itulah yang dikatakan oleh para pemimpin negeri ini.
Dalam perkembangannya, selama proses pemulihan dari krisis, banyak perusahaan yang collaps, baik kecil maupun besar, di tingkat nasional maupun lokal, semua mengambil ancang-ancang untuk menghadapi situasi terburuk yang mungkin terjadi.
Gelombang dahsyat menyapu sistem perekonomian Indonesia, tapi tidak sedikit pula yang banyak bertahan. Salah satunya adalah UMKM sepatu/sandal Cikaret pimpinan Bapak Atang yang sampai sekarang masih berproduksi di tengah gempuran persaingan global. Disinilah pentingya manajemen perusahaan dibutuhkan.
Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang-barang untuk masyarakat dengan motif keuntungan. Sebagai suatu lembaga, perusahaan merupakan suatu wadah yang terorganisir yang betul-betuk didirikan dan diterima dalam tata kehidupan masyarakat. Jika dilihat dari besarannya, perusahaan dibagi menjadi perusahaan besar dan perusahaan kecil dan menengah (UMKM).
Fungsi manajemen yang pokok adalah merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengkoordinir dan mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan. Tidak ada perusahaan yang dapat hidup lama bila manajemennya tidak baik, dan beruntunglah perusahaan itu bila memiliki memanajemen kompeten.
Berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen di atas, koordinasi merupakan salah satu prinsip organisasi yang tidak bisa diabaikan. Orang sering mengatakan, koordinasi merupakan asas pertama dalam pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, dalam penulisan ini akan membahas lebih mendalam mengenai koordinasi yang dijalankan oleh Bapak Atang dalam mengelola perusahaan bengkel sepatu/sandal yang dimilikinya.
SEJARAH PERKEMBANGAN PENGRAJIN SANDAL/SEPATU
Cikaret adalah sebuah Desa/perkampungan yang terletak di belahan kota Bogor bagian Selatan, Sejak tahun 1970-an perkampungan ini terkenal dengan para pengrajin sepatu dan katsandal yang tergolong ke dalam Home Industri hingga sekarang.
Pesatnya perkembangan industri modern di dalam negeri dan membanjirnya produksi luar negeri terutama barang-barang dari Cina, Taiwan, Hongkong dan Singapura, membuat industri sepatu dan sandal rumahan harus banting tulang mempertahankan eksistensinya dalam usaha mempertahankan diri dari ketersaingan barang sejenis yang masuk ke pasaran lokal maupun nasional.
Sentra pengrajin sepatu/sandal rumahan (Home Industri) tersebar diberbagai wilayah di Desa Cikaret, seperti di Cikaret Lebak ( Gg. Madrasah, Gg. Makam, Cikaret Hijau, Gg. Kesadaran dll), Cikaret Tengah ( Gg. Pangumbahan, Gang Emad, Gg. Basir, Gg. Flamboyan dan sekitarnya) untuk wilayah Cikaret Timur (mulai dari Gg. Kosasih mulai dari RW 07, 08, 09, 10, 11 dan 12) jika dihitung dengan prosentase bahwa pengrajin sepatu/sandal rumahan yang ada di wilayah Cikaret hampir 70% terdapat di wilayah Gg. Kosasih sebagaimana disebutkan di atas
Dan bahkan sebelum pasca krisis moneter di tempat ini (Gg. Kosasih) terdapat patung Sepatu berukuran besar yang dibuat oleh seorang Pengusaha keturunan Cina di depan ng pabrik penampungan sepatu/sandal, namun akhirnya patung sepatu ini hancur karena terjadi kebakaran besar yang menghanguskan sebagai barang-barang yang ada di gudang penampungan.
OBJEK PENELITIAN/STUDI KASUS
Modal :
Dalam rangka penelitian lapangan (observasi lokasi), beberapa waktu yang lalu kami menyambangi sebuah rumah pengrajin yang berada di wilayah RT. 02/RW. 07 Cikaret, dan bertemu dengan Bapak Atang, sang pemilik bengkel sandal dan mengadakan wawancara seputar usaha sandal yang mereka lakukan.
Bapak Atang, merupakan salah satu pengusaha/pengrajin sandal rumahan di wilayah Gg. Kosasih. Beliau menggeluti usaha sandal ini sejak tahun 1985 hingga sekarang. Sebelum membuka usaha sendiri Bapak Atang ini pernah bekerja sebagai tukang /pembuat Sandal pada orang lain selama puluhan tahun lamanya, sehingga pengalaman bekerja pada orang lain itulah akhirnya Bapak Atang ini mencoba membuka bengkel sendiri dengan modal yang seadanya (minim). Namun lambat laun usaha yang dilakukannya semakin berkembang pesat seiring banyaknya kepercayaan / permintaan (order) dari beberapa Toko sepatu/sandal, karena sandal produk Bapak Atang ini memiliki model yang bervariasi.
Jumlah Modal pertama yang dialokasikan oleh Bapak Atang untuk usaha pembuatan Sandal ini pada tahun 1985 adalah sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) namun seiring dengan perkembangan tingkat kenaikan harga bahan baku sekarang diperlukan modal sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).
Sistem dan prosedur dalam usaha bengkel Bapak Atang pada hakikatnya menggambarkan apa yang harus dikerjakan, dalam urutan-urutan yang begaimana, melalui bagian apa saja serta siapa yang menanganinya, dan kalau mungkin kapan tugas itu harus selesai.
Sistem Produksi :
Dalam pembuatan sepatu/sandal tidak serta merta dibuat lalu dijual. Berdasarkan pemaparan Bapak Atang, sebelum proses produksi berlangsung harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu, yakni:
- Pihak bengkel membuat contoh model sepatu//sandal yang akan diproduksi
- Setelah itu model dibawa ke “bos” untuk ditawarkan
- Jika contoh model tidak disetujui, maka bengkel mengadakan perubahan pada model lalu menawarkannya lagi. Jika disetujui, maka “bos” menyediakan berbagai kebutuhan dalam memproduksi sepatu sandal
- Bahan baku siap diolah
- Produk yang sudah jadi dibawa ke “bos” dan transaksi keuangan dilaksanakan
Sistem Kerja :
Untuk melihat kemampuan seorang manajer dalam memimpin dan melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggungjawabnya, yang dikenal sebagai Rentang Manajemen. Koordinasi didefinisikan sebagai suatu proses penyatuan tujuan-tujuan perusahaan dan kegiatan pada tingkat satu-satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
James D Thomson membagi 3 saling ketergantungan diantara satuan-satuan organisasi yaitu:
· Ketergantungan yang menyatu (Pooled Interdependence) dimana setiap departemen dan fungsional tergantung pada pelaksanaan kerja
· Ketergantungan yang Berurutan (Sequential Interdependence) dimana pekerjaan dari tiap departemen atau fungsional tergantung dari penyelesaian pekerjaan departemen yang lain sebelum satuan lain dapat bekerja.
· Ketergantungan Timbal Balik (Reciprocal Interdepedence) Merupakan hubungan memberi dan menerima antar suatu organisasi
Koordinasi merupakan usaha menisnkronkan serta menyatukan dari sekelompok orang. Suatu usaha yang terkoordinir ialah dimana kegiatan karyawan itu harmonis, terarah dan terintegrasikan menuju tujuan-tujuan bersama.
Begitu rumitnya proses yang dilalui dalam membuat sepatu/sandal yang sederhana sekalipun. Dalam hal ini koordinasi sangat penting, bahkan untuk usaha kecil pun.
Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer.
Bawahan yang terlalu banyak itu kurang baik, demikianpula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik. Ada dua alasan mengapapenentuan rencana yang baik dan tepat Rencana manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
Adanya hubungan antara rentang manajemen dengan struktur organisasi, dimana semakin sempit rantang manajemen struktur organisasi berbentuk “tall” sedang rentang manajemen yang melebar akan membentuk struktur organisasi “flat” yang berarti tingkatan manajemen semakin sedikit.
Proses usaha pembuatan sepatu/sandal ini dikoordinir oleh Bapak Atang secara langsung, dengan jumlah karyawan yang dimiliki 7 orang, sang manager membagi karyawan ke dalam 4 (empat) kategori pekerjaan yaitu :
· Bagian yang mengerjakan Muka sebanyak 2 Orang;
· Bagian yang Mengerjakan Bawah sebanyak 2 Orang;
· Bagian yang mengerjakan Bensol sebanyak 2 Orang, dan
· Yang mengerjakan pengepakan hanya 1 Orang.
Dengan komposisi pembagian pegawai yang demikian, dapat menunjang dalam pemenuhan target produksi. Dengan adanya koordinasi yang efektif, maka:
· Beban tiap bagian tidak terlalu berat karena adanya keseimbangan antar bagian.
· Tiap bagian akan memperoleh informasi yang jelas dalam partisipasi pencapaian tujuan dan peranannya masing-masing
· Schadule kerja saling terkait sehingga menjamin penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya.
Umumnya para pekerja di bengkel Bapak Atang ini bekerja normal selama 6 hari kerja dari jam 7.00 s/d jam 16. 00 dengan perhitungan penghasilan tergantung jumlah kodi yang dihasilkan, jika dihitung rata-rata pekerja sehari menghasilkan produksi sebanyak 4 (empat) kodi per hari dengan rata-rata penghasilan per kodi bervariasi mulai dari Rp. 17.500/kodi untuk tukang Muka, Rp. 20.000/kodi untuk tukang bawah dan Rp. 500,-/buah untuk tukang pengepakan. Jika dihitung besaran pendapatan per minggu rata-rata per karyawan dapat mengasilkan upah antara Rp. 75.000 s/d Rp. 300.000. Sistim pemberian upah/gaji dibayarkan setiap hari Sabtu sore setelah hasil produksi dipasarkan ke Toko yang sudah menjadi mitra pemasaran. Jika pada bulan dan waktu–waktu tertentu sesuai dengan jumlah order/permintaan meningkat biasanya jam kerja ditambah sampai dengan malam hari, misalnya pada bulan Ramadhan menjelang hari raya karena memenuhi tuntutan pasar.
Merek Produksi :
Usaha pembuatan Sandal Bapak Atang ini memiliki merek Stevvano, Akiko, dan lain-lain. dengan model dan berbagai ukuran. selain itu, jika memesan secara langsung, para pembeli bisa membat merek sendiri sesuai keinginan.
Bahan Baku :
Umumnya bahan baku pembuatan Sandal ini menggunakan Kulit Imitasi yaitu : Ace, Spon, Sol Potong/Jadi, Latek, Lem, Kompor pengering, dan Kardus untuk membungkus barang yang sudah jadi.
Sarana dan Peralatan Produksi :
Proses pembuatan Sandal ini menggunakan peralatan yaitu : Mesin Jahit untuk menjahit kulit muka sandal bagian atas, Amleng, Kayu open, Tang, palu.
Sistem Pemasaran Hasil Produksi :
Produk hasil perajin Sandal seperti Bapak Atang ini dipasarkan atas dasar pesanan Toko di Pasar Anyar Bogor, jadi Bapak Atang ini hanya tinggal mengirimkan barang produksinya pada setiap akhir pekan (Sabtu) dengan sistim pembayaran dengan Cek senilai jumlah barang pesanan, yang kemudian Cek ini dicairkan dalam bentuk Bahan Baku dan uang hasil selisih barang yang dibutuhkan untuk produksi. Dari selisih uang tersebut sebagian dibayarkan untuk upah karyawan/buruh pada akhir pekan. Demikian dan seterusnya.
Selain itu, barang-barang hasil produksi juga diibawa ke ITC Jakarta.
Manajemen Sumber Daya Manusia :
Jika dilihat dari tingkat pendidikan untuk usaha perbengkelan Sandal pada saat sekarang ini berbeda dengan tahun 1970-an.
Pada jaman dulu rata-rata karyawan/buruh tingkat pendidikannya hanya sampai kelas 3 SD, jarang sekali yang lulus SD, karena faktor kehidupan ekonomi yang sangat rendah, sehingga tidak sedikit anak usia sekolah menjadi pekerja di bengkel-bengkel Sandal. Namun berbeda dengan keadaan sekarang untuk karyawan/buruh di tempat perajin Sandal Bapak atang ini bahkan terdapat lulusan SMEA/SLTA, untuk hal ini dikarenakan rendahnya kualitas untuk bersaing menjadi PNS atau Swasta yang bonafid.
PERMASALAHAN.
Membanjirnya barang-barang produksi pabrikan dari luar negeri di pasaran lokal dan dalam negeri tentu sangat berpengaruh pada eksistensi pengrajin dibidang usaha, karena hal ini akan menimbulkan dampak dari sisi negatif dan positif. Sisi negatifnya adalah para pengrajin akan banyak yang gulung tikar alias bangkrut jika pemerintah tidak mengambil kebijakan proteksi terhadap produk usaha dalam negeri dengan membiarkan masuknya barang dari luar negeri. Dan secara langsung hal lambat laun akan mematikan perekonomian Usaha Kecil Menengah (UKM) di beberapa daerah termasuk di sentra pengrajin Sandal seperti Bapak Atang ini. Selain hal tersebut tentunya dari segi kesehatan pada proses pembuatan sandal ini akan menimbulkan penyakit seperti Paru-Paru yang diakibatkan oleh bau spon dan Lem/Latek jika tidak pekerja tidak dilindungi dengan Masker.
Hal lain yang sangat terasa adalah tidak seimbangnya antara harga jual produsen dan keuntungan yang diperoleh dengan harga jual langsung ke konsumen. Jika diperhatikan, harga jual dari Bapak Atang ke “bos” adalah kecil keuntungannya, tapi setelah masuk ke etalase supermarket atau mall harganya jauh lebih mahal. Inilah yang membuat usaha bengkel tidak banyak berubah.
Sedangkan Dampak positif yang ditimbulkan yaitu bahwa munculnya usaha Kecil menengah di bidang sepatu ini banyak menyerap tenaga kerja /buruh sehingga akan mengurangi tingkat pengangguran untuk wilayah Cikaret dan sekitarnya. Dampak positif lainnya adalah bahwa limbah dari bekas produksi sandal ini dijual kembali kepada orang yang menampung seharga Rp. 4.200/Kg untuk sisa guntingan Sol/bonet dan Ace bekas guntingan.
Dalam menjalankan usaha perbengkelan Sandal ini Bapak Atang merasakan tidak selalu berjalan mulus, permasalahan yang dihadapi selalu menghadang diantaranya :
1. pada saat banyaknya permintaan pasar (order) masalah disiplin pegawai menjadi persoalan tersendiri, buruh tukang sering terlambat datang terutama pada saat hari Senin, saat permulaan bekerja.
2. banyaknya barang-barang produksi luar negeri dari Taiwan, Cina, Hongkong dan singapura yang masuk ke pasaran Indonesia dengan harga yang relatif murah.
3. Kurangnya penyuluhan dan bantuan dari instansi terkait untuk meningkatkan kualitas dan mutu barang produksi yang dihasilkan.
PENUTUP
Koordinasi sangat diperlukan dalam organisasi/perusahaan agar diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Apabila masing-masing bagian dalam organisasi bertindak sendiri-sendiri, tidak terkoordinir, niscaya tujuan perusahaan tak akan tercapai. Jadi setelah segala sesuatu itu direncanakan, diorganisir, diarahkan maka selanjutnya kegiatan-kegiatan perlu dikoordinir.
Dari uraian mengenai koordinasi dan rentang manajemen di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa:
- Jalannya perusahaan yang baik dilihat dari koordiasi yang baik juga di perusahaan tersebut. Karena dengan koordinasi akan terjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dalam perusahaan sehingga membuat tujuan suatu perusahaan akan berjalan sesuai yang diinginkan dan berjalan dengan lancar.
- Untuk melihat kemampuan seorang manajer dalam memimpin dan melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggungjawabnya, yang dikenal sebagai Rentang Manajemen.
Rentang manajemen (jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer) bisa dilihat dari besar atau kecilnya perusahaan tersebut. Perusahaan yang kecil biasanya menggunakan struktur organisasi yang lebih kecil. Alasannya agar setiap pekerja dapat bekerja dengan baik dan tidak saling mengandalkan satu kepada yang lain. Begitupun sebaliknya dengan perusahaan yang besar akan menggunakan struktur organisasi yang lebih besar agar jalannya produksi dapat berjalan cepat dan lancar.
Langganan:
Postingan (Atom)