PENDAHULUAN
Sejak
kebijakan pembaruan digulirkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978 yang dikenal
dengan a market socialism, proses pembangunan di China berjalan sangat pesat
dan fenomenal. Salah satu penggerak utama kekuatan ekonomi dan perdagangan
China adalah investasi. Keterbukaan kepada investasi luar negeri ini juga
membuat ekonomi China secara fundamental berbeda dengan ekonomi Jepang dan
Korea Selatan selama masa tinggal landas mereka. Negara ini mampu dan berhasil
menangkap peluang globalisasi dan liberalisasi ekonomi sehingga Negara ini
menjadi sebuah kekuatan besar dalam ekonomi dan perdagangan di dunia.
Kunci
keberhasilan lain yaitu terletak pada peran Negara yang kuat, dengan didukung
oleh entrepreneurial bureaucracy lewat penataan kembali posisi (repotitioning)
birokrasi, mampu melakukan intervensi dalam menjaga kebebasan pasar dan tingkat
integrasi ekonomi nasional dan ekonomi internasional bersifat relative,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan pembangunan China. Dalam hal ini China
memainkan peran apa yang disebut sebagai capitalist developmental state.
Kerangka
Konseptual
Dalam
pengertian yang luas globalisasi diartikan sebagai suatu proses yang
menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu sama lain atau saling
berhubungan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi,
politik, teknologi, maupun lingkungan.
Setidaknya
ada tiga elemen utama yang emmberikan kontribusi penting bagi berjalannya
prosess globalisasi. Pertaman, revolusi di bidang teknologi komunikasi. Kedua,
semakin rendahnya biaya transportasi. Ketiga, kemunculan kembali kelompok Kanan
Baru (the New Right) di Inggris dan Amerika Serikat pada decade 1970-an. Inilah
yang diidentifikasi sebagai cirri utama dari globalisasi, yakni integrasi,
interdependensi, dan interlink.
Kemenangan
The New Right
Fenomena
globalisasi yang sekarang ini banyak menarik perhatian tidak hanya ditopang
katiga hal tersebut di atas saja, tetapi juga didukung oleh ideology yang
menjadi semacam the driving force dari proses tersebut, yang dalam hal ini
adalah neoliberalisme.
Pada
dasarnya, tatanan ekonomi internasional pasca Perang Dunia Kedua muncul sebagai
produk dari persaingan antara dua orientasi kebijakan yang bertentangan, yakni
antara kelompok yang berorientasi internasionalisme liberal yang menghendai
sebuah perekonoman dunia yang terbuka (David Ricardo dan Adam Smith) dengan
kelompok kapitalisme nasional (Keynesian) yang menuntut lebih banyak peran
aktif Negara dalam mencapai tujuan-tujuan social.
Dalam
usaha memenangkan pertarungan ideology, Kelompak Kanan Baru menyerang fundasi
kebijakan Keynesian dengan mengambil krisis ekonomi akibat inflasi yang tidak
dapat diatasi oleh Keynesian.
Milton
Friedman yang berasal dari golongan menoteris, menyimpulkan kritik Kelompok
Kanan Baru terhadap Keynesian menjadi tiga pokok pikiran. Pertama pada
intervensi Negara. Bagi kalangan yang bersandar pada tradisi Keynesian,
kapitalisme mempunyai cacat bawaan, yakni kurangnya permintaan (demand). Oleh
karena itu, agar kapitalisme dapat berkembang, pemerintah harus aktif dalam
meningkatkan demand yakni dengan cara belanja public. Akibat terlalu banyaknya
campur tangan Negara, dunia terjebak dalam krisis berkepanjangan pada era
70-an.
Kedua,
the New Right menggugat program-rogram kesejahteraan dan welfare state yang
ditawarkan oleh kebijakan Keynesian. Mereka cenderung melihat Negara
kesejahteraan sebagai bentuk-bentuk ketidakadilan.
Ketiga,
the Newe Right menekankan arti penting pasar bagi penciptaan kesejahteraan umat
manusia. Bahkan di antara mereka ada yang mempunyai pandnagan bahwa hanya
dengan pasar bebaslaj kesejahteraan dan perdamaian dapat terwujud.
Sebagaimana
keyakinan kaum neoliberal atau Kanan Baru lainnya menolak Negara kesejahteraan
dan belanja public, maka kebijakan yang diambil oleh kedua pemimpin ini
konsisten dengan keyakinan tersebut, yakni memangkas belanja public dan
menurunkan laju inflasi. Kebijakan ini menjadi iri khas dari para penganut
ideology Kanan Baru.
Peran
Negara Bangsa
Menurut
David Held, ada tiga aliran pemikiran dalam mengkaji globalisasi, yakni aliran
globalis, skeptic, dan tranformasionalis.
Bagi
kaum hiperglobalis, globalisasi didefinisikan sebagai sejarah baru kehidupan
manusia dimana “Negara tradisional” telah menjadi tidak relevan lagi.
Globalisasi ekonomi membawa serta gejala “denasionalisasi” ekonomi melalui
pembentukan jaringan-jaringan produksi transnasional (transnational network of
production), perdagangan dan keuangan.
Kelompok
Kedua (Hirst dan Thompson) menagnggap bahwa tesis kaum hiperglobalis secara
fundamental cacat dan secara politik adalah naïf karena menganggap lemah
kekuatan pemerintahan nasional dalam mengatur kegiatan ekonomi internasional
Diantara
kedua kutub tersebut terdapat kelompok transformasionalis (Robert Gilpin).
Dalam konteks Negara bangsa, inti pandangan kelompok ini adalah bahwa
globalisais yang tengah berlangsung saat ini menyusun kembali kekuasaan, fungsi
dan otoritas pemerintahan nasional. Pemerintah nasional diperlukan namun hadir
dalam bentuk yang berbeda.
Reposisi
Birokrasi
Dengan
adanya kebebasan dan gerak barang dan uang yang melintasi batas-batas Negara,
maka yang terjadi adalah semakin berkurangnya kemandirian dan kemmapuan
pemerintahan Negara-negara dalam pengambilan keputusan dan kebijakan moneter
mereka. Bahaya yang ditimbulkan oleh the blind forces of market pada akhirnya
menimbulkan krisis keuangan regional asia Tenggara pada 1997. Dengan demikian,
perlu adanya pengkajian kembali kebaikan dan keburukan system ekonomi pasar
bebas.
Dalam
konteks repotitioning birokrasi, peran Negara diperlukan untuk melakukan
intervensi secara selektif guna menjamin pasar agar berfungsi dengan baik,
efisien,dan efektif. Intervensi Negara adalah krusial untuk mengatasi krisis
moneter dan krisis ekonomi. Dengan demikian, peran Negara dikatakan sebagai “a
capitalist developmental state”, yaitu menjaga agar kebebasan pasar dan tingkat
integrasi ekonomi nasional dan ekonomi internasional bersifat relative,
disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tempat tertentu.
Sebagai
suatu paradigm baru, yang menempatkan paradigm a market driven development dan
a state-led development dalam posisi saling melengkapi, paradigm a capitalist
developmental state membutuhkan an entrepreneurial bureaucracy.
Terdapat
dua proses untuk membuat Negara lebih efektif. Negara harus memfokuskan
kapabilitas apa yang dimiliki dan kedua meningkatkan kapabilitas Negara dengan
menyegarkan kembali atai reinvigorating lembaga-lembaga public. Dengan
demikian, lembaga-lembaga Negara harus mempunyai daya saing yang lebih besar
untuk mengkatkan efisiensinya. Ini memberikan makna meningkatkan kinerja
lembaga Negara, memperbaiki upah dan insentif.
Kebijakan
Pembangunan China
Keberhasilan
kebijakan pembangunan China harus dilihat dalam kerangka kombinasi peran Negara
dan pasar yang saling melengkapi guna mendapatkan kinerja dan efisiensi ekonomi
tinggi. Keberhasilan kebijakan pembangunan China terwujud karena Negara mampu
secara konsisten memberikan panduan selama proses reformasi dan sekaligus
melakukan control atas mayoritas insustri dan membongkar hambatan-hamabatan
keuangan sector-sektor public yang tidak efisien secara bertahap.
Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi
Sejak China melakukan reformasi kurang lebih tiga decade lalu,
Negara itu tlah tumbuh dengan cepat. Angka-angka yang beredar cukup beragam,
dan banyak diantaranya meragukan. Ini karena kebiasaan birokrasi china yang
senantiasa berusaha agar performance ekonomi tampak baik sehingga angka-angka
yang ada bisa jadi meragukan. Namun, menariknya angka-angka resmi yang
di-release oleh pemerintah justru diragukan karena terlalu rendah dibandingkan
dengan angka seharusnya.
Beberapa sumber mengatakan bahwa pertumbuhan sekonomi China
berkisar di antara 10 persen per tahun, ada pula yang mengatakan sekitar 9
persen per tahun. Ketika Negara-negara Asia Timur mengalami krisis ekonomi dan
moneter yang dahsyat China tetap tumbuh dengan meyakinkan. Demikian juga ketika
Negara dengan sumber ekonomi terbesar, seperti AS, mengalami kebangkrutan
ekonomi China juga tetap mengalami pertumbuhan yang meyakinkan meskipun sempat
mengalami penurunan. Namun, China mampu melakukan recovery dengan cepat. Pada
tahun 2009, pertumbuhan tersebut terus berlanjut sebagaimana diprediksikan oleh
ekonomi Martin Wolf.
PDB China juga tumbuh dengan taja, dan menariknya pertumbuhan
ekonomi tersebut terus berlangsung di tengah kelesuan ekonomi global yang belum
pulih pasca krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada Penghujung tahun
2007. PDB China pada kuartal IV 2009, tumbuh sebesar 10,7 persen. Pertumbuhan
ini merupakan yang tercepat dalam dua tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat tersebut telah mampu menyediakan
lapangan kerja yang cukup luas dan mengangkat tidak kurang dari 400 juta
penduduk china dari kemiskinan. Efek selanjutnya adalah menciptakan pangsa
pasar yang cukup besar. Dengan penduduk tidak kurang dari 1 miliar (perkiraan
resmi 1,3 miliar), 30 persen saja orang kaya China akan melampaui Jepang dan
Negara-negara Asia lainnya.
Saat ini, China menjadi customer telepon tanpa kabel terbesar di
dunia dengan 350 juta customer telepon selular. China juga menjadi konsumen mobil
terbesar di dunia dan melaju menjadi pasar terbesar PC, layanan Telkom
broadband, televise dan banyak barang lainnya.
Menurut laporan Goldman Sachs Economic Research, kebangkitan
ekonomi china mempunyai dampak yang jauh lebih besar terhadap perekonomian
dunia dari pada industrialisasi Jepang Pasca-Perang dunia II atau kebangkitan
Macan Asia setelah decade 1960-an.
Daya tarik investasi dan pasar-pasar di China telah mendorong
perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia berbondong-bondong menanamkan investasinya
di Negara tersebut. China juga menjadi sumber-sumber peasok besar bagi
perusahaan-perusahaan besar semacam Wall-Mart.
Kunci Keberhasilan Ekonomi China
Keberhasilan kebijakan pengembangan China jelas bisa dijdikan
pelajaran berharga bagi bangsa-bangsa lain di dunia, terutama bagi
Negara-negara Dunia Ketiga, seperti Indonesia yang tidak hanya gagal dalam
melakukan pengembangan ekonomi, tetapi juga bangkrut. Bangkrut karena utang
terus-menrus membengkang sementara sumber daya alam terus-menerus dieksploitas
tanpa memberikan peningkatan kesejahteraan yang signifikan bagi masyarakat.
Kebijakan ekonomi adalah fragmatis yang didasarkan atas evaluasi
pengalaman dalam implementasi berbagai eksperimen program pembangunan yang
mereka sebut “ mencari kebenaran dari kenyataan konkret” seperti “system
tanggung jawab rumah tangga”.
China menerima investasi asing dalam jumlah amat besar, jauh
melebihi investasi asing ke Negara-negara kawasan Asia-Pasifik lainnya (di luar
Jepang).
a.
Stabilitas
Politik
Stabilitas politik merupakan salah satu factor penting keberhasilan
pembangunan ekonomi. Setidaknya, inilah yang dikemukakan oleh banyak ahli dalam
menganalisis akar penyebab keberhasilan pembangunan China. Pilihan-pilihan
reformasi China adalah bidang ekonomi dan social, tetapi tidak dalam bidang
politik.
b.Rendahnya Upah Buruh
Upah buruh di China sangatlah rendah rata-rata upah buruh di China
30 atau 40 tahun upah di Inggris. Di
China demonstrasi dan pemogokan buruh dibatasi sehingga kenyamanan
berusaha dirasakan benar oleh Perusahaan Multinasional.
Kondisi tersebut berbeda terbalik dengan di Indonesia, buruh di
Indonesia sudah tidak murah lagi, demonstrasi dan pemogokan kerja sering terjadi sehingga
perusahaan pun kurang mendapat
kenyamanan dalam berusaha.
c. Kebijakan Pendidikan
Dalam
mengeluarkan kebijakan pendidikan China sangat terbuka banyak mahasiswa yang di kirimkan ke
luar negeri seperti Amerika baik dalam
ilmu Pengetahuan, Teknologi, Bisnis dan Menejemen, sehingga banyak
insinyur-insinyur terampil, sekolah-sekolah
bisnis dan administrasi banyak didirikan
untuk memenuhi permintaan pasar kerja. Hal yang menggagu pertumbuhan
sekolah-sekolah tinggi di China adalah kurangnya minat mahasiswa pada
bidang-bidang ilmu social, sehingga banyak serjana lulusan China tidak mampu mencari terobosan
pemikiran diluar mainstream serta hal
yang mengganggu berikutnya mahasiswa yang sudah selesai tamat di luar negeri enggan pulang kenegaranya (China ).
d.
Semangat Wirausaha
Sebelum
China mengadopsi system kapitalisme banyak petani melakukan pelanggaran secara
sembunyi-sembunyi untuk mendapat
keuntungan, pedagang pun kerap melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum untuk
inovasi dan memperluas jaringan
pemasaran, melihat dampak positif tersebut pemerintah China membiarkan hal
tersebut, sehingga transpormasi ekonomi China tidak dapat dilepaskan dari semangat wirausaha meski pun pernah coba di hancurkan
oleh Mao.
Semangat
wirausaha membuat perusahaan-perusahaan di China lebih inovatif, lebih bagus, dan
harga nya lebih murah.
e.
Kebijakan Pembangunan Infrastuktur
Di China
Infrastuktur jalan bisa dibuat atas permintaan perusahaan guna mempermudah
akses perusahaan dalam melakukan investasi, pemerintah China memprioritaskan transortasi
di setiap rencana pembangunan lima
tahunnya. Pada tahun 1985, China telah mempunyai kurang lebih 523 galangan
kapal, 160 pabrik khusus, 540.000 karyawan dan 80 institut riset ilmiah, begitu
juga dengan pembangunan bandara pemerintah China telah menginvestasikan ± 500 juta yuan
untuk memperpanjang landasan pacu serta membangun terminal dan fasilitas
bandara lainnya, system transportasi yang efektif di China merupakan elan vital bagi pembanguna
ekonomi di negaranya.
f.
Deng Xiaoping tokoh kunci
Tokoh
kunci keberhasilan pembangunan ekonomi China
adalah Deng Xiaoping, setelah Deng Xiaoping masuk partai komunis ia melakukan serangkaian reformasi yang ditujukan untuk menyelesaikan situasi
ekonomi China selama Mao berkuasa, Deng melakukan
modernisasi pembangunan inperatif sosialisme tidak lagi diperjuangkan
kelas melaikan dengan melakukan
modernisasi masyarakat sosialis dengan cara merangkul kelompok-kelompok
yang berbeda, Deng mengambil empat modernisasi yaitu modernisasi dibidang ilmu
pengetahuan, teknisi, industri dan pertahanan dan keamanan Deng melakukan
modofikasi dalam berbagi kebijakan Mao, Deng dan pengikutnya menyadari
dibutuhkan pendekatan baru agar mendorong orang-orang untuk bekerjasama demi
masa depan yang lebih baik.
KESIMPULAN:
China
telah memberikan pelajaran yang sangat berharga
mengenai bagaimana seharusnya Negara
mampu bertindak dan berperan dalam
ekonomi politik global sekarang ini. Bangsa China selalu khawatir bahkan takut
akan serbuan-serbuan produk China yang murah, tetapi kualitas cukup baik.
Disini Negara mampu menainkankan perusahaan yang efektif dalam
menjaga integrasi pasar untuk selalu
dalam skala relatif yang disesuaikan dengan kondisi dan tidak menyerahkan
sepenuhnya kepada totalitas pasar.
Di lihat
dari sudut globalisasi (neoliberalisme),
bangsa China harus dilihat sebagai suatu negara yang mampu memainkan paranan
secara efektif dalam mengkombinasikan peran negara dan pasar. Interpretasi di atas ideologi komunis yang dilakukan Deng Xiaoping harus dilihat sebagai langkah cerdas
guna mendobrak kebuntuan dan stagnasi
yang ada. Dengan reformasi pembangunan yang dilakukan China menjadi salah satu negara yang tercepat
di dunia dalam pertumbuhan ekonomi, serta China telah mengangkat ratusan juta
masyarakatnya dari kemiskinan.
Di
Indonesia mestinya bisa mengambil pelajaran seperti itu, selain sifat gradual
liberalisasi ekonomi yang dilakukan China, para elit negara tersebut mempunyai pola pikir yang layak di
jadikan pelajaran, legiminasi pemerintah
harus dibangun melalui usaha bagaimana
meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan rakyat. Pandangan tersebut penting diperhatikan karena
kebijakannya politik pemerintah di Indonesia lebih berpihak pada kooporasi-kooporasi
besar, kebijakan – kebijakan yang di ambil cenderung pragmatis demi melakukan
pelanggengan kekuasaan lima tahun kedepan.
Hal yang telah bisa kita ambil pula adalah bagaimana
mampu memupuk nasionalisme dalam keseluruhan proses kebijakan publik ketika negara
tersebut mengintegrasikan diri dalam perekonomian global.