Senin, 27 Juni 2011

LAGU ANAK-ANAK YANG MENYESATKAN

Ternyata lagu anak-anak yang populer banyak mengandung kesalahan, mengajarkan kerancuan, dan menurunkan motivasi. Berikut buktinya:

1. “Balonku ada 5… rupa-rupa warnanya… merah, kuning, kelabu.. merah muda dan biru… meletus balon hijau, dorrrr!!!” Perhatikan warna-warna kelima balon tsb., kenapa tiba2 muncul warna hijau ? Jadi jumlah balon sebenarnya ada 6, bukan 5!

2. “Aku seorang kapiten… mempunyai pedang panjang… kalo berjalan prok..prok.. prok… aku seorang kapiten!” Perhatikan di bait pertama dia cerita tentang pedangnya, tapi di bait kedua dia cerita tentang sepatunya (inkonsistensi) . Harusnya dia tetap konsisten, misal jika ingin cerita tentang sepatunya seharusnya dia bernyanyi : “mempunyai sepatu baja (bukan pedang panjang)… kalo berjalan prok..prok.. prok..” nah, itu baru klop! jika ingin cerita tentang pedangnya, harusnya dia bernyanyi : “mempunyai pedang panjang… kalo berjalan ndul..gondal. .gandul.. atau srek.. srek.. srek..” itu baru sesuai dg kondisi pedang panjangnya!

3. “Bangun tidur ku terus mandi.. tidak lupa menggosok gigi.. habis mandi ku tolong ibu.. membersihkan tempat tidurku..” Perhatikan setelah habis mandi langsung membersihkan tempat tidur. Lagu ini membuat anak-anak tidak bisa terprogram secara baik dalam menyelesaikan tugasnya dan selalu terburu-buru. Sehabis mandi seharusnya si anak pakai baju dulu dan tidak langsung membersihkan tempat tidur dalam kondisi basah dan telanjang!

4. “Naik-naik ke puncak gunung.. tinggi.. tinggi sekali.. kiri kanan kulihat saja.. banyak pohon cemara.. 2X” Lagu ini dapat membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi! Pada awal lagu terkesan semangat akan mendaki gunung yang tinggi tetapi kemudian ternyata setelah melihat jalanan yg tajam mendaki lalu jadi bingung dan gak tau mau ngapain, bisanya cuma noleh ke kiri ke kanan aja, gak maju2!

5. “Naik kereta api tut..tut..tut. . siapa hendak turut ke Bandung .. Surabaya .. bolehlah naik dengan naik percuma.. ayo kawanku lekas naik.. keretaku tak berhenti lama” Nah, yg begini ini yg parah! mengajarkan anak-anak kalo sudah dewasa maunya gratis melulu. Pantesan PJKA rugi terus! terutama jalur Jakarta- Bandung dan Jakarta-Surabaya!

6. “Di pucuk pohon cempaka.. burung kutilang berbunyi.. bersiul2 sepanjang hari dg tak jemu2.. mengangguk2 sambil bernyanyi tri li li..li..li.. li..li..” Ini juga menyesatkan dan tidak mengajarkan kepada anak2 akan realita yg sebenarnya. Burung kutilang itu kalo nyanyi bunyinya cuit..cuit.. cuit..! kalo tri li li li li itu bunyi kalo yang nyanyi orang, bukan burung!

7. “Pok ame ame.. belalang kupu2.. siang makan nasi, kalo malam minum susu..”
Ini jelas lagu dewasa dan untuk konsumsi anak2! karena yg disebutkan di atas itu adalah kegiatan orang dewasa, bukan anak kecil. Kalo anak kecil, karena belom boleh maem nasi, jadi gak pagi gak malem ya minum susu!

8. “nina bobo oh nina bobo kalau tidak bobo digigit nyamuk”
Anak2 indonesia diajak tidur dgn lagu yg “mengancam”

9. “Bintang kecil dilangit yg biru…”
Bintang khan adanya malem, lah kalo malem bukannya langit item?

10. “Ibu kita Kartini…harum namanya.”
Namanya Kartini atau Harum?

11. “Pada hari minggu ku turut ayah ke kota. naik delman istimewa kududuk di muka.”
Nah,gak sopan khan..

12. “Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung dikebun kita…”
kalo mau nanam jagung, ngapain nyangkul dalam-dalam

sumber awal http://semutgadogado.blogspot.com/2010/04/lagu-anak-anak-yang-menyesatkan.html

Kamis, 16 Juni 2011

KEBIJAKAN DAN PEMBANGUNAN

The questions to ask about country’s development are therefore: What has been happening to poverty? What has been happening to unemployment? What has been happening to inequality? If all three of these have declined from high levels then beyond doubt this has been a period of development for the country concerned. If one or two of these central problems have been growing worse, especially if all three have, it would be strange to call the result “development” even if per capita income doubled. (Dudley Seers, 1972).
Kebijakan dan pembangunan adalah dua konsep yang terkait. sebagai sebuah proses peningkatan kualitas hidup manusia, pembangunan adalah konteks dimana kebijakan beroperasi. Sementara itu, kebijakan yang menunjuk pada kerangka kerja pembangunan, memberikan pedoman bagi pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan ke dalam beragam program dan proyek.

Sebagai suatu perubahan terencana dan berkesinambungan, pembangunan pada hekekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan perlu diimplementasikan ke dalam berbagai program pembangunan yang dapat secara langsung menyangkut masyarakat. pembangunan memerlukan cara atau pedoman tindakan yang terarah mengenai ‘bagaimana’ meningkatkan kualitas hidup manusia tersebut. Suatu perangkat pedoman yang memberikan arah terhadap pelaksanaan strategi-strategi pembangunan dapat kita sebut sebagai kebijakan. Fungsi kebijakan di sini adalah untuk memberikan rumusan mengenai berbagai pilihan tindakan dan prioritas yang diwujudkan dalam program-program peayanan social yang efektif untuk mencapai tujuan pembangunan.
Pembangunan akan memberikan hasil yang optimall apabila memperhatikan berbagai dimensi secara seimbang dan proporsional. Pengalaman Indonesia pada tahap-tahap awal pembangunan hingga tahun 1970-an, member pesan jelas bahwa untuk memacu dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan kesejahteraan social yang adil, pendekatan pembangunan harus mempertimbangkan aspek-aspek social. Pendekatan social perlu diterapkan bersamaan dengan pendekatan ekonomi dalam strategi pembangunan. Keduanya harus dirancang dan dilaksanakan secara seimbang, saling mengisi, saling melengkapi dan saling memperkuat satu sama lain. Pembangunan social dan kebijakan social kemudian muncul sebagai konsep baru yang mewarnai konstelasi paradigm pembangunan sebelumnya yang terlalu didominasi oleh pembangunan ekonomi dan tentunya oleh kebijakan ekonomi.

KERJASAMA; MODAL DASAR ADMINISTRASI

Kodrati seekor burung, dia bias terbang bebas mengarungi langit biru. Mengepakkan kedua belah sayap, menerjang angin musim dan semarak gumlapan awan putih. Namun, bagaimana bila sang burung dilahirkan hanya dengan sebelah sayap? Jangankan untuk terbang tinggi, bebas mengarungi langit biru, sekedar bercengkrama di ranting pohon, atau sekedar berjalan ajeg pun kerap limbung. Sang burung demikian, diam-diam pasrah menyimpang dari kodratinya; hanya sebelah sayap.

Sungguh tepat perumpamaan ikhwal manusia yang ditulis Luciano de Crescendo: Kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah. Hanya bias terbang kalau berpelukan erat-erat dengan orang lain.
Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti burung yang bersayap lengkap. Bias terbang-hidup dan bekerja- sendiri tanpa kebegantungan pada orang lain. Jadinya, dalam rentang usia manusia yang amat pendek, tidak sedikit diantara kita yang tidak pernah bias “terbang”, sekadar berjalan pun limbung.
Intisari dari ilustrasi Crescendo ihwal “burung yang bersayap sebelah” itu, memaknakan manusia diciptakan dengan berbagai keterbatasan. Hakikat paling efektif menepis keterbatasan tersebut, tiada lain dengan membuka rentangan kedua belah tangan selebar-lebarnya untuk “berpelukan”, menjalin kerjasama untuk merangkai kekuatan.
Menjadi hal mutlak, manusia perlu bekerja sama dalam memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya. Kegiatan kerjasama itu mencakup bidang yang sangat luas, dimana saja dan kapan saja. Bahkan masyarakat primitive pun telah melakukannya. Apalagi manusia, termasuk kita, yang hidup di zaman modern sekarang. Kita bias teliti dalam bidang apa pun; politik, ekonmi, budaya, social, keagamaan, hiburan, dan sebagainya tidak pernah luput dari adanya kerjasama itu.
Kerjasama merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih. Hasil yang diperoleh dari kerjasama tersebut, lebih besar daripada jumlah hasil kerja masing-masing. Banyak kegiatan yang tidak akan berhasil tanpa kerjasama.
Dalam amatan Ali Mufiz, kegiatan kerjasama, dicirikan oleh tiga hal penting:
Pertama, kegiatan itu melibatkan dua orang atau lebih.

Kedua, ada kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama.
Ketiga, ada tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Dalam kehidupan kita sehari-hari di dalam masyarakat, ketiga cirri tersebut merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan satu sama lain. Di tengah-tengah masyarakat, kerjasama itu bahkan merupakan rangkaian kegiatan terus menerus dan teratur sifatnya, yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang itu dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, menurut The Liang Gie dan Sutarto, dapat dirangkum dalam satu istilah, yakni administrasi.
Bahan Pustaka:
The Liang Gie dan Sutarto, Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi, Yogyakarta, Penerbit Karya Kencana, 1978.
Sukidin & Damai Marmadi, 2011. Administrasi Publik. Jakarta: Laksbang.